Business Process Outsourcing (BPO) telah memberikan pekerjaan bagi 1,3 juta warga Filipina dan menyumbang penerimaan negara hingga 25 miliar dollar AS. Untuk 2017, BPO ditargetkan akan menghasilkan devisa yang jauh lebih besar dari remitansi—sumber penerimaan negara penting lainnya.
Bank Dunia bahkan memperkirakan penerimaan Filipina yang bersumber dari BPO ini akan melonjak hingga 50 miliar dollar AS dan memberikan pekerjaan bagi 2,6 juta warga pada 2020.
Apa itu BPO? BPO adalah bisnis layanan alih daya--melakukan suatu pekerjaan dari perusahaan lain. Sebagai contoh, untuk memberikan dukungan teknis bagi para pelanggannya, sebuah perusahaan perangkat lunak di California menyerahkan saluran langsung layanan pelanggan (customer service hotline) kepada sebuah perusahaan call center di Asia Tenggara.
Contoh yang bagus tentang bagaimana BPO bekerja adalah seperti yang terjadi di industri keuangan. Bank-bank seperti JP Morgan, HSBC, dan Goldman Sachs sudah sejak lama mengalihkan pekerjaan, seperti pengolahan data tingkat rendah, ke negara-negara seperti Filipina dan India.
Tren mengalihdayakan pekerjaan ke perusahaan lain ini terus meningkat pasca-Krisis Keuangan Global 2009 yang menimpa bank-bank di Eropa dan Amerika Utara, di bawah ketatnya pengawasan regulasi dan tekanan biaya pada masa itu, mulai dari proses "off-shoring" yang semakin kompleks fungsinya dalam pengelolaan risiko dan kecurangan, portofolio, serta penyusunan model keuangan.
Sementara itu, India mengklaim sebagai pemain terbesar dunia di dalam bisnis outsourcing ini dan Filipina yang mayoritas penduduknya mahir berbahasa Inggris dan berpendidikan adalah pesaing kuatnya-- lebih unggul dari para kompetitor lain di ASEAN.
Filipina sesungguhnya mencatatkan lonjakan pertumbuhan yang spektakuler dari penjualan properti, otomotif, dan pengeluaran konsumen. Pada sepuluh bulan pertama 2016, penjualan mobil tumbuh sebesar 24,5 persen menjadi 292.502 unit, tidak seperti penjualan mobil Malaysia yang anjlok 13,9 persen.
Tetapi bagaimana industri BPO ini menguntungkan warga kebanyakan Filipina?
Arnie V. Villarta ("Eru") adalah seorang agen BPO berusia 28 tahun dari provinsi Bulacan. Eru yang berasal dari keluarga petani padi, belajar ilmu psikologi di Central Luzon State University di Nueva Ecija.
Ia mengakui betapa beruntungnya dia. "Saya tidak akan berada di sini jika bukan karena salah satu kakak saya. Keluarga kami tidak kaya tetapi kakak saya adalah seorang agen BPO jauh sebelum saya, dan dia panutan saya. Dia juga telah banyak membantu saya dan membayar biaya kuliah saya ketika itu diperlukan."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.