Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Tahun Berpisah dari Indonesia, Bagaimana Kondisi Timor Leste Kini?

Kompas.com - 17/12/2016, 16:53 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

"Kalau di sini adanya cuma Marlboro. Sampoerna adanya di sana," kata dia sembari menunjukan lokasi minimarket yang dimaksud. Harga rokok di Dili adalah sekitar 1,5 Dollar AS.

Jika diubah ke dalam kurs rupiah, harga ini hampir sama dengan harga jual rokok di Indonesia yang rata-rata kini dijual dengan harga sekitar Rp 20.000-an.

Kompas.com sempat berbincang dengan petugas parkir yang bernama Miguel Da Silva (43) itu. Hal yang ditanyakan adalah apakah dirinya lebih senang dengan kondisi saat ini atau saat masih menjadi bagian dari Indonesia Miguel tak menjawab dengan tegas. Namun ia menyebut situasi saat ini jauh lebih aman dan damai.

"Dulu kan selalu perang," kata dia.

Di luar kawasan Timor Plaza, tempat-tempat perbelanjaan di Dili bisa dibilang jauh dari kesan modern. Kompas.com dan rombongan jurnalis asal Indonesia sempat berkeliling Kota Dili dan menyambangi salah satu pasar oleh-oleh yang terkenal di kota tersebut, yakni Tais Market.

Secara fisik, Tais Market adalah deretan ruko-ruko yang beratapkan seng dan berdinding triplek. Tais adalah nama kain tenun khas Timor. Di Tais Market, kita dapat menemukan berbagai hasil kerajinan khas Timor Leste, tidak hanya yang masih berbentuk kain tais, tapi juga yang sudah berbentuk tas, pakaian, maupun aneka gelang dan gantungan kunci.

Harga yang ditawarkan tergantung kualitas barang. Sebagai contoh, kain tais dengan kualitas rata-rata ditawarkan dengan harga sekitar 8 Dollar AS. Jika pembeli membeli dalam jumlah minimal 3, maka penjual bersedia melepas dengan harga 6 Dollar AS per kainnya.

Sementara itu kain tais dengan kualitas terbaik ditawarkan dengan harga sekitar 15 dollar AS. Di tempat ini, Kompas.com juga sempat menanyakan salah seorang pedagang pertanyaan yang sama seperti yang diajukan ke petugas parkir di Timor Plaza.

Pedagang yang ditemui salah seorang pria paruh baya bernama Alberto Dedeus (70). Alberto mengaku kehidupannya saat ini tak jauh berbeda saat Timor Leste masih menjadi bagian Indonesia. Namun ia menyatakan kondisi saat ini jauh lebih tenang.

"Aman," ujar pria yang mengaku sudah 25 tahun berjualan di Tais Market ini.

Selama di Dili, Kompas.com dan rombongan jurnalis asal Indonesia sempat bertemu dengan Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Timor Leste Fransisco Kalbuadi Lay.

Saat berbincang-bincang, Kalbuadi mengakui infrastruktur di negaranya memang masih tertinggal. "Infrastrukturnya memang masih belum. Namanya juga baru 14 tahun merdeka. Pelan-pelan," kata Kalbuadi saat ditemui usai menghadiri sebuah acara di Dili Convention Center, Sabtu (10/12/2016).

Menurut Kalbuadi, ada tiga sektor prioritas yang kini sedang digenjot Pemerintah Timor Leste untuk mendukung pembangunan di negara tersebut, yakni migas, pertanian, dan pariwisata.

Khusus untuk sektor pariwisata, ia menyebut ada dua hal yang perlu dibenahi lebih dulu, yakni stabilitas dan infrastruktur. Untuk yang pertama, Kalbuadi menyatakan Pemerintah Timor Leste sudah berhasil mencapainya.

Kompas.com/Alsadad Rudi Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Timor Leste Fransisco Kalbuadi Lay saat ditemui di kantornya, di Dili, Timor Leste, Minggu (11/12/2016).
"Syukur puji Tuhan sampai saat ini tidak ada masalah dengan stabilitas," kata dia.

Jika nantinya pembangunan infrastruktur bisa tercapai, Kalbuadi menilai Timor Leste akan bisa menjadi negara tujuan wisata favorit wisatawan mancanegara, baik wisata alam maupun wisata sejarah.

Khusus wisata sejarah, Kalbuadi menyebut menyebut Timor Leste punya banyak situs-situs sejarah, baik saat masa 450 tahun di bawah Portugal maupun 25 tahun di bawah Indonesia.

Untuk wisata alam, ia menyebut Timor Leste punya banyak tempat-tempat yang panorama alamnya indah dan masih asri.

"Kami memang punya ambisi. Tapi tidak bisa langsung lari. Harus tahap bertahap dengan baik dengan satu perencanaan yang baik," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com