Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Kembangkan Kapal Nuklir untuk Tanggapi Sanksi AS

Kompas.com - 14/12/2016, 15:47 WIB

Pengembangan

"Itu intinya, karena Iran akan mengusahakan peningkatan pengembangan non senjatanya itu maka kesepakatannya menjadi rentan," kata Hibbs.

Dia menunjuk bahwa sejumlah negara dengan armada laut dan program nuklir yang lebih mutakhir telah mengerjakan reaktor penggerak selama puluhan tahun. Teknologi yang demikian kemungkinan memerlukan uranium yang dikembangkan hingga tingkat kemurnian 20 persen.

Sumber dari Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan kepada kantor berita RIA bahwa pengkajian perintah Rouhani menunjukkan bahwa dia hanya menyebutkan terkait pengembangan unit penyedia tenaga untuk kapal.

Meski demikian pengkajian itu tidak terkait dengan bukanlah uranium murni itu sendiri, jadi "berbicara secara langsung" ini tidak akan menyalahi kesepakatan nuklir.

Namun, sumber itu membenarkan bahwa kapal yang demikian biasanya memerlukan tingkat uranium yang dilarang dalam kesepakatan.

Edwin Lyman, pakar nuklir dari Persatuan Ilmuwan Khawatir dari Washigton, mengatakan pengembangan sebuah reaktor untuk bahan bakar kapal nuklir akan memerlukan waktu setidaknya sepuluh tahun.

"Namun, itu adalah pengembangan yang disayangkan. Kami sangat khawatir terhadap masa depannya (kesepakatan nuklir) di bawah pemerintahan Trump dan tanda-tanda pengikisannya harus ditangggapi dengans erius dan dibahas segera oleh komunitas internasional," kata Lyman kepada Reuters.

Rouhani menuduh AS dalam sebuah surat yang dikeluarkan oleh kantor berita IRNA yang menyebut mereka tidak memenuhi komitmennya dalam kesepakatan itu.

"Dengan adanya keputusan kongres AS terbaru untuk memperluas Langkah Sanksi Iran itu, Saya memerintahkan Organisasi Energi Atom Iran untuk merencanakan desain dan pembangunan penggerak nuklir untuk digunakan dalam kendaraan laut," katanya.

Anggota Kongres AS mengatakan perluasan langkah itu tidak menyalahi kesepakatan nuklir itu.

Langkah tersebut, Kongres menambahkan, hanya memberikan wewenang kepada Washington untuk kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran jika mereka melanggar pakta.

Washington mengatakan bahwa mereka telah mencabut seluruh sanksi yang diperlukan di bawah kesepakatan Juli 2015 lalu yang ditandatangani oleh Iran dengan sejumlah negara kuat di dunia.

Langkah Rouhani menyusul pernyataan terbaru dari Pemimpin Besar Iran Ayatollah Ali Khamenei dan sekutu garis kerasnya, yang mengkritik kegagalan kesepakatan itu untuk memberikan perkembangan ekonomi di Iran.

Khamenei mengatakan pada bulan lalu bahwa perpanjangan sejumlah sanksi Kongres AS jelas merupakan pelanggaran dan Republik Islam itu "pasti akan bereaksi".

Belum ada tanggapan langsung dari IAEA di Vienna, yang memantau kegiatan nuklir Iran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com