Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Anggota "Electoral College" Minta Penjelasan soal Peretasan Rusia dalam Pilpres AS

Kompas.com - 13/12/2016, 06:06 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sekelompok "elector" yang akan pekan depan akan meratifikasi hasil pemilihan presiden AS menyerukan sebuah sidang terkait tudingan intervensi Rusia dalam kemenangan Donald Trump.

Dengan dukungan penasihat utama Hillary Clinton, John Podesta, kesepuluh elector itu, sembilan di antaranya dari Partai Demokrat, ingin memahami seberapa kuat isu soal Rusia ini.

Sidang yang akan digelar pada Senin (13/11/2016) waktu AS itu akan menentukan hasil akhir pilpres AS saat ke-538 orang anggota Electoral College itu bertemu 19 Desember mendatang.

"Kami meminta adanya sebuah pemaparan semua temuan investigasi, karena masalah ini berpengaruh terkait kelayakan Donald Trump layak menjadi presiden Amerika Serikat," demikian surat para anggota electoral college kepada Direktur Badan Intelijen Nasional, James Clapper.

Permintaan ini muncul setelah akhir pekan lalu media di Amerika Serikat diramaikan kabar bahwa CIA menyimpulkan Rusia melakukan peretasan terhadap ribuan surat elektronik tim pemenangan Hillary Clinton.

Hasil peretasan itu kemudian disetorkan kepada Wikileaks yang memublikasikannya beberapa bulan menjelang pemilihan presiden AS.

Trump menyebut kesimpulan yang diambil CIA itu "konyol", tetapi sejumlah anggota senior Kongres menganggap hal ini sangat serius dan berniat menggelar investigasi.

Podesta, yang surat-surat elektroniknya menjadi bagian dari data yang diretas dan dibocorkan ke publik, mengatakan, surat para elector itu menunjukkan adanya masalah besar dalam hal kemanan nasional AS.

Seusai konstitusi AS, hasil electoral college adalah yang menentukan kemenangan seorang kandidat dalam pemilihan presiden, bukan berdasarkan suara terbanyak.

Setiap negara bagian di AS memiliki jumlah elector yang berbeda terkait dengan jumlah penduduk negara bagian tersebut.

Dalam hasil pemilihan presiden 8 November lalu, meski mendapatkan suara pemilih jauh lebih banyak dibanding Trump, Hillary Clinton dinyatakan kalah.

Dia hanya mendapatkan 232 electoral votes dibanding Trump yang sanggup meraup 306 electoral votes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com