KOMPAS.com — Upaya kelompok militan ISIS untuk merebut kembali Palmyra menemui kegagalan. Kelompok teror itu dipukul mundur oleh serangan-serangan udara Rusia.
Menurut pejabat Rusia, jet-jet Rusia memaksa ISIS mundur ke pinggiran kota, beberapa hari setelah mereka berupaya masuk kembali ke kota kuno yang pernah mereka kuasai selama 10 bulan.
Tentara Suriah juga mengirimkan bala bantuan terhadap pasukan yang menjaga kota itu, dengan mengerahkan sebagian tentara dari Aleppo.
ISIS menguasai kota warisan budaya dunia UNESCO itu sejak Mei 2015 hingga diusir keluar, Maret tahun ini.
Kelompok radikal itu melancarkan serangan pekan ini, dan para serdadunya memasuki lagi Palmyra, Sabtu.
Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris menyebut, pengeboman berat jet-jet Tusia memaksa ISIS mundur ke pinggiran kota.
Pertempuran pun terus berlangsung di kawasan itu.
Moskwa menyebut, tentara Suriah mengusir ISIS dengan bantuan angkatan udara mereka. Menurut Kementerian pertahanan Rusia, mereka melancarkan 64 serangan dan menewaskan lebih dari 300 anggota militan.
Laporan-laporan menunjukkan, kelompok militan ISIS mengemudikan kendaraan yang penuh bahan peledak dalam pertempuran itu.
Palmyra merupakan kawasan strategis bagi ISIS karena letaknya yang dekat dengan ladang-ladang minyak.
ISIS menghancurkan banyak monumen bersejarah dan memenggal kepala direktur arkeologi Suriah selama pendudukan mereka di Palmyra dan Tadmur.
Dua kuil berusia 2.000 tahun, sebuah gapura, dan sebuah menara pemakaman hancur berkeping-keping.
ISIS melakukan penghancuran sengaja karena menganggap benda-benda purba itu sebagai berhala.
Para pejabat AS dan Rusia dijadwalkan bertemu di Geneva untuk merundingkan kemungkinan langkah pengungsian warga sipil dan pemberontak dari Aleppo. Namun, belum diketahui, apakah kesepakatan akan dicapai.