Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Keselamatan Penerbangan, NASA Sengaja Jatuhkan Sebuah Boeing

Kompas.com - 10/12/2016, 08:50 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Sebuah video menangkap momen-momen menegangkan saat sebuah jet Boeing jatuh, terbakar, dan meledak.

Namun, video itu bukan memperlihatkan sebuah kecelakaan pesawat terbang, melainkan merupakan bagian dari riset yang dilakukan badan angkasa luar AS, NASA.

Selain itu, video yang dirilis ini berasal dari 1984 saat NASA sedang bekerja untuk meningkatkan keamanan penerbangan.

Dalam sebuah uji coba yang disebut sebagai "demonstrasi tabrakan yang terkendali", NASA memuat berbagai alat sensor dan kamera ke dalam pesawat Boeing 720 tua sebelum menerbangkannya.

Dari 14 uji coba yang dilakukan, demonstrasi yang direkam ini adalah yang terbesar dan dilakukan di danau kering Rogers di Pangkalan AU Edwards, California.

Uji coba ini dilakukan untuk mencoba substansi tambahan dalam bahan bakar yang diyakini bisa mengurangi peluang terjadinya ledakan saat kecelakaan sesungguhnya terjadi.

Pesawat yang dihancurkan itu disediakan oleh Badan Penerbangan Federal (FAA) dan dikendalikan dari jarak jauh.

Di dalam pesawat itu ditempatkan boneka untuk menempati kursi penumpang di dalam kabin pesawat terbang itu.

"Pesawat itu digunakan untuk berbagai percobaan terkait keselamatan saat tabrakan terjadi," demikian pernyataan NASA.

"Beberapa yang diuji coba misalnya rancangan baru kursi, rekaman data penerbangan, dapur pesawat, ruang penyimpanan, materi tahan api di kabin, dan jendela tahan api," tambah NASA.

Dalam 14 percobaan itu, Boeing 720 ini dikendalikan dari darat selama 16 jam dan 22 menit, termasuk 10 tinggal landas, 60 pendaratan, dan 13 pendaratan yang gagal.

Pada 1 Desember 1984, pesawat ini tinggal landas untuk yang ke-15 kalinya dari pangkalan AU Edwards.

Saat terbang, pesawat tersebut memuat 34.500 kilogram bahan bakar Jet-A yang sudah dimodifikasi.

NASA/Mirror Pesawat Boeing 720 itu terbakar ketika sayap sebelah kirinya hancur sehingga menimbulkan kebocoran besar di tangki bahan bakar.

Saat terbang, pesawat itu berbelok ke kiri dan menanjak ke ketinggian 2.300 kaki. Rencananya adalah pesawat itu mendarat tanpa roda pendarat di landasan berkerikil yang sudah disiapkan.

Tujuannya adalah untuk mendaratkan pesawat tersebut dengan level sayap tepat di tengah landasan.

Alasannya ialah agar bahan bakar tidak tumpah saat kedua sayap dikoyak delapan tiang baja yang ditancapkan di dasar danau kering tersebut.

Sayangnya, saat pesawat jet itu mengurangi ketinggian terbangnya, sayap sebelah kirinya menyentuh landasan, sebelum mengenai tiang penyobek.

"Akibatnya, hidung pesawat memutar ke kiri saat pesawat itu meluncur di permukaan danau kering dalam sudut 45 derajat," ujar NASA.

"Alhasil, salah satu tiang menancap ke mesin di sayap kanan, menghancurkan mesin dan menyebabkan kebocoran bahan bakar yang luar biasa sehingga pesawat langsung terbakar," kata NASA.

"Pesawat itu terus menggelincir ke arah kiri sehingga mematahkan sayap kanan yang sudah rusak itu dan terlipat saat badan pesawat terbakar hebat," lanjut NASA.

Begitu hebatnya ledakan membuat petugas menghabiskan waktu satu jam untuk benar-benar memadamkan api.

Eksperimen itu berujung dengan tak pernah digunakannya bahan tambahan dalam bahan bakar dan sekaligus mengakhiri upaya FAA memerintahkan maskapai menggunakan bahan tambahan tersebut.

Meski demikian, FAA mengatakan, eksperimen yang menghabiskan biaya 5-7 juta dollar AS itu sangat bermaanfaat karena sekaligus menguji semua perlengkapan baru pesawat dalam kondisi sesungguhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Mirror


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com