Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutiara-mutiara Bangsa Indonesia di Kaki Gunung Kinabalu

Kompas.com - 06/12/2016, 15:34 WIB
David Oliver Purba

Penulis

KINABALU, KOMPAS.com - Sekelompok anak asyik bermain di sebuah bangunan berbentuk panggung di sebuah desa di Kundasang, Sabah, Malaysia, Minggu (4/12/2016).

Bangunan itu merupakan salah satu dari 219 Community Learning Center (CLC) atau sekolah yang dibangun pemerintah Indonesia untuk anak-anak Indonesia yang tinggal di daerah Sabah, Malaysia.

CLC ini bernama CLC Kundasang yang terletak tak jauh dari kaki Gunung Kinabalu. Jarak dari pusat Kota Kinabalu menuju Kundasang mencapai 57 kilometer menggunakan kendaraan pribadi. Untuk sampai ke CLC tersebut, juga harus melalui jalanan sempit berbatu kerikil.

Bentuk bangunan CLC ini seperti panggung. Bangunannya berbahan kayu, tripleks dan seng warna warni.

Di halaman depan, tampak belasan tanaman hias digantung di dalam potongan botol plastik. Botol-botol itu digantung tak beraturan.

Di dalam bangunan, terdapat dua buah ruangan. Ruangan itu dipisahkan dengan sebuah triplek. Ruangan berisi sejumlah kursi plastik, meja belajar, karpet, serta dua buah papan tulis berwarna putih.

Sebanyak 259 siswa mengenyam pendidikan di CLC Kundasang. Siswa tersebut terdiri dari 30 siswa TK, 157 siswa SD, dan 72 siswa SMP. Namun, ruangan hanya cukup menampung sekitar 80-an siswa saja. Sisanya, proses belajar dilanjutkan di sebuah bangunan yang masih dalam tahap pembangunan.

Kompas.com/David Oliver Purba ClC Kundasang di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Minggu (4/12/2016)
Bangunan ini terletak persis di sebelah bangunan sebelumnya. Tampak bahan bangunan seperti tripleks, kayu, serta rangka besi bangunan yang belum terpasang dan dibiarkan tergeletak di bawah lantai.

Di dalam bangunan yang masih belum berbentuk ini, guru di CLC Kundasang memanfaatkanya untuk mengajar siswa yang tak tertampung di bangunan yang lama.

Bangunan ini dibagi dalam empat ruangan. Tiap ruangan dibatasi dengan tripleks. Namun, jika hujan turun, siswa harus berbasah-basahan karena lantai tanah tergenang air.

Setiap hari, para siswa pergi ke sekolah dengan menyewa sebuah mobil. Setiap bulan, setiap siswa membayar uang sewa sebesar 35 ringgit Malaysia. Jarak sekolah dan rumah para siswa rata-rata memakan waktu 20 menit dengan menggunakan kendaraan.

Hilda Yanti, salah satu guru CLC Kundasang mengatakan, terdapat delapan guru yang mengajar di CLC Kundasang. Jumlah guru yang terbatas membuat setiap guru diharuskan memiliki kemampuan untuk menguasai dan bisa mengajarkan seluruh mata pelajar kepada para murid.

"Ada banyak kelas dan tingkatan dan gurunya terbatas. Jadi di sini mungkin seperti daerah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal) kadang multigrade, multisubjek," ujar Hilda.

Hilda mengatakan, sejumlah kekurangan dirasakan ketika mengajar. Kekurangan itu seperti sedikitnya buku pelajaran serta ruangan kelas yang masih terbatas.

Kompas.com/David Oliver Purba ClC Kundasang di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Minggu (4/12/2016)
Di CLC Kundasang, kurikulum pendidikan menggunakan kurikulum yang juga dipakai di Indonesia. Mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, dan Pkn merupakan sejumlah pelajaran yang wajib diajarkan kepada para murid.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com