Polisi juga menyita 150 buah paspor dari 10 negara berbeda bersama sebuah laptop dan sejumlah telepon pintar.
Pernyataan Kemenlu AS tidak menyebutkan bagaimana jaringan kriminal itu bisa mendapatkan lembaran visa asli.
Selain itu, Kemenlu AS juga tak menyebutkan dugaan jumlah orang yang bisa masuk secara ilegal ke AS dengan menggunakan visa palsu tersebut.
"Jaringan kriminal yang menjalankan kegiatan itu mampu membayar sejumlah pejabat korup agar tak memeriksa mereka dan juga untuk mendapatkan lembar dokumen kosong yang asli," demikian pernyataan Kemenlu AS.
Visa untuk negara-negara Barat sangat diminati di Afrika dan sejumlah kedutaan besar mengakui bahwa pasar visa yang besar ini menjadi incaran jaringan kriminal.
Kedutaan besar AS yang sebenarnya di Ghana adalah sebuah kompleks berkeamanan ketat di kawasan Cantonments, salah satu wilayah permukiman paling mahal di ibu kota Ghana, Accra.
Kantor kedubes AS di Ghana buka setiap hari dan selalu diramaikan antrean panjang warga yang meminta visa atau urusan konsuler lainnya.
Sedangkan kedubes palsu hanya buka tiga hari sepekan dan hanya menerima pengurusan visa dengan perjanjian awal.
Meski demikian, jaringan ini dengan bebas mengiklankan jasa mereka secara terbuka di Ghana, Togo, dan Pantai Gading.
Klien mereka datang dari seluruh Afrika barat dan bahkan jaringan ini menyewakan kamar hotel untuk para kliennya yang datang ke Ghana.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.