NEW YORK, KOMPAS.com — Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, menerobos kebijakan politik luar negeri AS yang telah berlangsung puluhan tahun.
Jumat waktu setempat (2/12/2016), Trump berkomunikasi dengan Pemerintah Taiwan, melalui sambungan telepon.
Pembicaraan Trump dengan Presiden Tsai Ing-wen ini dikhawatirkan akan memicu keretakan hubungan AS dan China.
"Selama diskusi, mereka membahas tentang kerja sama ekonomi, politik, dan keamanan antara Taiwan dan AS," demikian pengumuman dari manajemen Trump, yang dikutip AFP.
"Presiden terpilih Trump juga mengucapkan selamat kepada Presiden Tsai setelah terpilih menjadi Presiden Taiwan awal tahun ini."
Hingga berita ini diturunkan, belum jelas pihak mana yang berinisiatif melakukan sambungan telepon tersebut.
Menjadi pertanyaan, apakah percakapan ini hanya merupakan salah satu dari sejumlah percakapan dengan pemimpin dunia yang dilakukan Trump setelah kemenangannya di pemilu atau menandai perubahan arah kebijakan AS.
Selama ini, China menganggap wilayah otonomi Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan menunggu reunifikasi di bawah pemerintahan Beijing.
Karena itu, setiap langkah AS yang akan menyiratkan dukungan untuk kemerdekaan Taiwan akan mendatangkan dampak serius.
Washington memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan pada tahun 1979 dan mengakui China sebagai pemerintahan dalam kebijakan "satu China". Kendati selama ini pun AS membangun kerja sama tak resmi dengan Taipei.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.