Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unjuk Rasa 411 hingga Donald Trump, Menu "Ngobrol" Bareng Menlu di Kedai Kopi Brussels

Kompas.com - 02/12/2016, 14:17 WIB

BRUSSELS, KOMPAS.com — Kondisi cuaca di Brussels, Belgia, pada Selasa (29/11/2016), sangat dingin dengan suhu udara sekitar 2 derajat celsius.

Di tengah balutan suhu nyaris beku itu, tentu ajakan untuk "menyeruput" kopi di sebuah kedai di kawasan Grote Markt, di pusat kota Brussels, Belgia, sangat berat untuk dilewatkan.

Terlebih lagi, ajakan itu datang dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Tanpa berpikir dua kali, Kompas.com dan sejumlah jurnalis lain mengiyakan tawaran ngopi bareng itu.

"Saya harus ke Belanda, sebelum pulang ke Indonesia," ujar Menlu Retno di lobi sebuah hotel di pusat ibu kota Belgia itu.

Menlu Retno berada di Belgia untuk mengadakan serangkaian pertemuan dengan para petinggi komisi dan parlemen Uni Eropa.

Kedai yang dituju berada di seberang hotel tempat Menlu Retno menginap dan hanya dipisahkan sebuah lapangan mungil yang dilingkari ruas jalanan berbatu yang sempit.

Di dalam kedai itu, Menlu Retno yang didampingi Dubes RI untuk Belgia Yuri Thamrin serta kami para jurnalis memesan secangkir cappuccino panas untuk mengusir hawa dingin yang menusuk.

Di saat hangatnya kopi meluncur di tenggorokan kami, Menlu Retno kemudian membuka percakapan. Salah satunya adalah soal hubungan Indonesia dan Belanda.

Dia bercerita ketika ia menjadi duta besar di Negeri Kincir Angin pada 2012-2014. Retno mengenang, salah satu hal yang kerap menyibukkannya adalah niat bangsa Belanda mengungkap peristiwa seputar perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949.

"Sesuai ajaran agama mereka, bangsa Belanda merasa masih memiliki beban terhadap Indonesia terutama pada masa 1945-1949," ujar Retno.

Padahal, kata dia, bangsa Indonesia sendiri sudah melupakan masa-masa itu dan memilih untuk menatap ke masa depan.

"Bangsa Belanda masih terus mencari kebenaran itu agar mereka terbebas dari beban tersebut. Saya kerap mengurusi hal semacam itu semasa menjadi dubes," kata Retno.

Namun, tambah dia, bangsa Belanda kebingungan jika ditanya langkah berikut jika mereka sudah menemukan kebenaran itu.

"Saya tanyakan, jika kebenaran sudah terungkap apakah Belanda mau dan mampu memberikan kompensasi kepada Indonesia? Jika ditanya seperti itu mereka biasanya diam," kenang Retno.

Unjuk rasa dan Donald Trump

Belakangan, ujar Retno, masalah politik di Indonesia juga kerap menjadi sorotan para anggota Uni Eropa, termasuk aksi unjuk rasa umat Islam pada 4 November lalu.

"Saya kerap ditanya soal unjuk rasa itu karena Uni Eropa khawatir aksi tersebut dilatarbelakangi masalah agama dan etnis," kata Retno.

Sebagai Menteri Luar Negeri, Retno harus mampu menghapus kekhawatiran tersebut dan menjamin bahwa aksi itu bukanlah sebuah sentimen terhadap agama dan etnis tertentu.

"Saya tegaskan, aksi itu murni adalah keinginan masyarakat melihat proses hukum dijalankan dengan sebaik-baiknya," ujar Retno.

"Saya juga katakan, aksi tersebut bukan menyasar agama Kristen atau etnis Tionghoa," Retno menegaskan.

Hal lain yang menjadi bahan perbincangan di kedai kopi itu adalah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Kemenangan mengejutkan Donald Trump itu, papar Retno, memang menciptakan kondisi ketidakpastian di seluruh dunia.

"Pada dasarnya dunia masih menunggu apa yang akan dilakukan Trump. Kabinetnya juga belum terbentuk, jadi semua masih menunggu," ujarnya.

Namun, khusus untuk hubungan itu dengan Indonesia, Retno sangat mengkhawatirkan jika Trump melaksanakan janji kampanyenya tentang Islam.

"Jika Trump membuktikan janji kampanyenya soal hubungan AS dengan Islam, maka sulit bagi Indonesia menjalin hubungan baik dengan AS," kata dia.

"Bagaimanapun konstituen terbesar Pemerintah Indonesia adalah umat Muslim," ujar Retno.

Pembicaraan menarik masih berlangsung hingga cappuccino hangat di cangkir kami tandas dan hari sudah mulai gelap.

Akhirnya, Menlu Retno mengakhiri pembicaraan karena harus bergegas menuju ke Belanda di tengah suhu Eropa yang semakin dingin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com