BRUSSELS, KOMPAS.com — Kondisi cuaca di Brussels, Belgia, pada Selasa (29/11/2016), sangat dingin dengan suhu udara sekitar 2 derajat celsius.
Di tengah balutan suhu nyaris beku itu, tentu ajakan untuk "menyeruput" kopi di sebuah kedai di kawasan Grote Markt, di pusat kota Brussels, Belgia, sangat berat untuk dilewatkan.
Terlebih lagi, ajakan itu datang dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Tanpa berpikir dua kali, Kompas.com dan sejumlah jurnalis lain mengiyakan tawaran ngopi bareng itu.
"Saya harus ke Belanda, sebelum pulang ke Indonesia," ujar Menlu Retno di lobi sebuah hotel di pusat ibu kota Belgia itu.
Menlu Retno berada di Belgia untuk mengadakan serangkaian pertemuan dengan para petinggi komisi dan parlemen Uni Eropa.
Kedai yang dituju berada di seberang hotel tempat Menlu Retno menginap dan hanya dipisahkan sebuah lapangan mungil yang dilingkari ruas jalanan berbatu yang sempit.
Di dalam kedai itu, Menlu Retno yang didampingi Dubes RI untuk Belgia Yuri Thamrin serta kami para jurnalis memesan secangkir cappuccino panas untuk mengusir hawa dingin yang menusuk.
Di saat hangatnya kopi meluncur di tenggorokan kami, Menlu Retno kemudian membuka percakapan. Salah satunya adalah soal hubungan Indonesia dan Belanda.
Dia bercerita ketika ia menjadi duta besar di Negeri Kincir Angin pada 2012-2014. Retno mengenang, salah satu hal yang kerap menyibukkannya adalah niat bangsa Belanda mengungkap peristiwa seputar perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949.
"Sesuai ajaran agama mereka, bangsa Belanda merasa masih memiliki beban terhadap Indonesia terutama pada masa 1945-1949," ujar Retno.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.