Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Menakar Nasib Warga Kulit Hitam dalam Pemerintahan Trump

Kompas.com - 27/11/2016, 20:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Andy teringat satu kejadian yang mengharuskannya berurusan dengan hukum hingga menyisakan luka mendalam.

Dia sempat ditahan polisi karena mengemudikan mobil tanpa surat izin. Dia lalu ditahan selama beberapa hari dalam sel tahanan, dan hanya bisa bebas jika membayar jaminan 200.000 dollar AS—hanya untuk sebuah pelanggaran kecil.

Beruntung, orang tuanya bersedia membayar jaminan tersebut. Tetapi insiden ini, yang hampir membuatnya kehilangan pekerjaan, meninggalkan rasa pahit dan untuk pertama kalinya mengalami tekanan rasial terhadap dirinya.

"Saya tidak melihat hubungan antar-ras akan membaik dalam waktu dekat," tutur Andy, "Sebaliknya ini akan lebih buruk sebelum menjadi lebih baik, dan ada sebuah bias yang 'diresmikan' terhadap kami."

Hasil survei terbaru Pew Research Center memang menunjukkan, hampir separuh dari pemilih di Amerika, yakni 46 persen, menyatakan terpilihnya Trump akan memicu hubungan antar-ras semakin buruk. Sementara, sebanyak 25 persen responden menganggap, hubungan antar-ras akan membaik.

Sebaliknya, ketika Obama terpilih delapan tahun lalu, sebanyak 52 persen pemilih menyatakan hubungan antar-ras akan membaik dan hanya 9 persen yang mengatakan hubungan antar-ras akan memburuk.

Dalam survei serupa yang dilakukan setelah Election Day, hasilnya menunjukkan bahwa sekitar tiga perempat warga kulit hitam atau 74 persen menyakini hubungan antar-ras akan semakin buruk di bawah kepemimpinan Trump.

Pada 2008, pandangan yang muncul sebaliknya, yakni 75 persen pemilih warga kulit hitam mengatakan bahwa terpilihnya Obama akan membawa hubungan antar-ras lebih baik.

Saat ditanya bagaimana perasaannya secara pribadi terhadap Presiden Amerika pertama yang berketurunan Afrika itu, Andy mengatakan, "Obama itu keren, mudah bergaul, dan sebagai mantan profesor hukum konstitusi, dia mampu menjelaskan kebijakannya dengan baik. Yang paling penting, pemerintahan Obama berupaya serius dalam hal transparansi. Dan melihat sebuah keluarga kulit hitam mendiami Gedung Putih yang dibangun oleh para budak, itu membuat kami merasa, kami berhasil."

Membayangkan gaya pendekatan Trump yang cepat, banyak orang bertanya-tanya apakah tahun-tahun pemerintahan Obama yang telah dilewati hanya akan menjadi sebuah "kepalsuan" bagi masyarakat.

*Artikel CERITALAH USA merupakan rangkaian dari CERITALAH ASEAN, yang ditulis dari perjalanan Karim Raslan selama 10 hari ke AS dalam rangka mengamati pemilu di sana.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com