YANGON, KOMPAS.com – Human Rights Watch mengeluarkan sejumlah foto satelit yang memperlihatkan sekitar 820 struktur bangunan hancur antara 10 hingga 18 November ini.
Foto satelit dikeluarkan setelah HRW melaporkan adanya penghancuran 1.200 rumah hingga rata dengan tanah di beberapa permukiman etnis Rohingya di Myanmar dalam enam pekan terakhir ini.
Militer Myanmar sedang menggelar operasi di negara bagian Rakhine, Myanmar, dalam kurun waktu tersebut, namun pemerintah membantah bahwa militer menghancurkan rumah-rumah warga.
Dalam laporannya pada Senin (21/11/2016), BBC belum bisa mengukuhkan skala penghancuran di permukiman Rohingya karena pemerintah memblokade wartawan asing pergi ke Rakhine.
Puluhan ribu orang dilaporkan sudah mengungsi dari Rakhine. Agence France Presse melaporkan sebelumnya, petugas penjaga pantai Banglades mengusir pulang 125 Muslim Rohingya yang hendak masuk ke wilayahnya.
Pihak berwenang Banglades melakukan patroli di Sungai Naf, yang memisahkan perbatasan di bagian tenggara Banglades dengan Myanmar barat, sehingga mendapati 125 orang Rohingya itu.
Pemerintah Myanmar mengatakan bahwa justru orang Rohingya yang sengaja membakar rumah mereka sendiri untuk menarik perhatian dunia internasional.
HRW sebelumnya mengidentidikasikan 430 bangunan dihancurkan di tiga kampung berdasarkan foto satelit yang diumumkan pada 13 November lalu.
Juru bicara Kepresidenan Myanmar, Zaw Htay, menuduh lembaga pegiat hak asasi HRW tersebut melebih-lebihkan fakta dalam laporannya seperti dilaporkan BBC.
Operasi militer besar-besaran digelar di Rakhine pada Oktober lalu setelah sembilan aparat polisi tewas dalam serangan-serangan yang dilakukan di pos-pos perbatasan di Maungdaw.
Beberapa pejabat pemerintah berpendapat kelompok militan Rohingya yang melakukan serangan tersebut.
Diperkirakan terdapat sekitar satu juta warga Rohingya di Myanmar, yang dianggap pemerintah sebagai pendatang gelap dari Banglades sehingga tidak mendapat kewarganegaraan walau sudah tinggal selama beberapa generasi.
Sebagian besar warga Rohingya mengungsi ke luar dari Myanmar, antara lain terdampar di Indonesia dalam upaya menuju negara penampung pengungsi.
Indonesia tidak termasuk dalam negara-negara yang menandatangani traktat untuk menampung pengungsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.