Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini, Tikus Pun Dilatih Lacak Trenggiling Selundupan

Kompas.com - 21/11/2016, 17:05 WIB

JOHANNESBURG, KOMPAS.com - Selama ini, tikus dikenal sebagai hewan kotor yang menjijikkan.

Namun, ternyata hewan ini mungkin dapat menjalankan tugas yang sangat berguna, yakni melacak trenggiling selundupan.

Para pemburu trenggiling, nampaknya akan menghadapi lawan berat saat berniat menyelundupkan hewan yang dilindungi itu dari Afrika ke Asia.

Tikus-tikus kini dilatih untuk mengendus dan menemukan trenggiling yang disembunyikan untuk diselundupkan ke luar negeri.

Seperti diberitakan Associated Press, Senin (21/11/2016), sebuah proyek awal digagas dengan melibatkan tikus-tikus raksasa berkantung afrika sebagai "detektif".

Hewan-hewan itu akan ambil bagian dalam upaya konservasi secara harfiah. Ada 10-15 tikus yang kini dibiakkan di Tanzania, dan dilatih untuk mendeteksi keberadaan tringgiling.

Pihak yang menangani kehidupan satwa liar dan ikan Ameruka Serikat, saat ini sedanag dalam proses penelitian.

Mereka berhadap, hewan yang selama ini menjadi hama itu bisa pula digunakan untuk menemukan gading gajah dan cula badak yang disembunyikan.

Biro asal AS itu menyediakan anggaran sebesar 100 ribu dollar AS untuk mendukung proyek yang mereka sebut sebagai "alat inovatif untuk memberantas perdagangan hewan liar".

Namun tantangan untuk merealisasikan proyek ini nampaknya luar biasa.

Konservasionis menyebut trenggiling sebagai mamalia yang paling banyak diperdagangkan di dunia.

Sebab, daging trenggiling dikenal lezat di Vietnam dan beberapa bagian China, serta sisiknya digunakan dalam pengobatan tradisional China.

Sementara, hewan ini banyak diselundupkan di antara pengiriman kontainer di Dar es Salaam di Tanzania, Mombasa di Kenya, dan pelabuhan-pelabuhan di Afrika lainnya.

APOPO, sebuah organisasi nirlaba di Tanzania, sudah memanfaatkan kekuatan penciuman tikus untuk menemukan ranjau dan bahan peledak.

Hal itu terjadi di medan perang di Angola, Mozambik, dan yang terbaru di Kamboja.

Organisasi ini pun menggunakan tikus untuk mendeteksi tuberkolosa dari dahak pasien di Tanzania dan Mozambik.

Kini, tikus-tikus yang akan dipakai dalam "program trenggiling" ini sedang dalam masa latihan bersosialisasi di APOPO.

Artinya, tikus-tikus itu dilatih untuk bergaul dengan manusia. Mereka bermain-main di pundak manusia dan di dalam kantong baju.

Lalu, dibawa berkeliling agar terbiasa dengan dengan pemandangan dan suara. Demikian diterangkan Jurubicara APOPO James Pursey.

Kemudian, tikus-tikus itu akan memasuki masa pelatihan "click and reward". 

Pelatihan ini adalah tikus akan diberi hadiah makanan setiap kali mendengar suara klik. Akhirnya diharapkan hewan itu akan mengetahui bau sisik trenggiling, dengan imbalan yang dimakan.

Lantas, intensitas bau trenggiling akan dikurangi, dan bau lainnya akan ditambahkan untuk membingungkan tikus.

Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah melatih tikus untuk menggaruk atau berlama-lama di atas kotak penyimpan trenggiling.

Pihak APOPO mengaku yakin bahwa tikus tikus ini dapat membedakan trenggiling dan bau lainnya.

"Pada akhirnya adalah menyelesaikan tantangan, bagaimana tikus tikus ini bisa melampaui uji coba pencarian di kontainer," kata Pursey.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com