Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moldova Gelar Pemilu, Calon Presiden Pro-Rusia Unggul Sementara

Kompas.com - 14/11/2016, 19:20 WIB

CHISINAU, KOMPAS.com - Warga Moldova menjalani telah menggelar pemilihan umum, Minggu (13/11/2016), yang hasilnya kemungkinan menempatkan calon pro-Rusia sebagai presiden.

Kemungkinan itu akan meruntuhkan hubungan tujuh tahun dengan Uni Eropa, sebagaimana dilaporkan Reuters, pada Senin (14/11/2016).

Calon Partai Sosialis, Igor Dondon, memimpin hasil perolehan sementara meski gagal menguasai suara dalam putaran pertama pada akhir Oktober.

Oposisinya, Maia Sandu, adalah pendukung Barat dan bekas ekonom Bank Dunia. Ia berjanji memerangi korupsi.

Dondon diunggulkan karena banyak warga kehilangan kepercayaan terhadap pemimpin pro-Eropa Barat di bekas wilayah Uni Soviet itu, yang mengalami krisis akibat skandal korupsi pada akhir 2014.

Bulgaria, yang menjalani pemilihan umum pada Minggu itu juga kemungkinan memenangkan calon pro-Rusia, sehingga menjadi pukulan telak lain bagi Uni Eropa.

Skandal korupsi Moldova mengakibatkan kerugian hingga satu miliar dollar Amerika Serikat, delapan kali jumlah anggaran belanja negara itu.

Kejadian itu adalah skandal korupsi terbesar di negara termiskin di Eropa tersebut.

Mantan Perdana Menteri, Vlad Filat, merupakan satu dari lima perdana menteri yang dianggap terlibat. Tangannya tampak diborgol saat mendatangi parlemen hingga akhirnya ia dipenjara.

Rakyat Moldova meyakini anggota elit pro-Uni Eropa lainnya juga terlibat skandal tersebut.

"Performa pejabat pro-Uni Eropa itu tidak hanya buruk, tetapi juga menyalahi hukum," kata William Hill, mantan Kepala Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE),  salah satu misi yang dijalankan di Moldova.

"Alhasil banyak rakyat mendiskreditkan nilai ideal barat serta saran dari Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk memulihkan masyarakat juga perekonomiannya," katanya.

Moldova terhimpit di antara Ukraina dan Romania, menandatangani perjanjian politik dan perdagangan dengan Uni Eropa pada 2014.

Kesepakatan itu merusak relasinya dengan Rusia, sehingga negara tersebut mengembargo produk pertanian Moldova.

Namun, Partai Sosialis pendukung Dodon ingin membatalkan kesepakatan itu, dan bergabung dengan "Eurasian Customs Union" yang didominasi pengaruh Rusia.

Pasalnya, hanya 30,9 persen warga setuju untuk keanggotaan penuh Uni Eropa, sementara 44 persen lainnya memilih "Eurasian Customs Union", ungkap jajak pendapat Institut Kebijakan Publik Moldova, Oktober.

Sekitar 66,6 persen warga Moldova mengaku percaya dengan pemimpin Rusia, Vladimir Putin, sementara 22,1 persen yakin terhadap Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dan 28,3 persen warga cenderung memilih Kanselir Jerman Angela Merkel.

"Banyak warga tidak percaya kepada Uni Eropa jika dibandingkandengan pada 2004, saat pengaruh kelompok itu cukup kuat," kata Hill.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com