Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yusa Djuyandi
Dosen dan Peneliti

Dosen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran dan Peneliti Pada Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi)

Meneropong Kebijakan Pertahanan Donald Trump dan Dampaknya Bagi Indonesia

Kompas.com - 14/11/2016, 06:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorFidel Ali

Terkait dengan rencana penambahan anggaran pertahanan, Trump memiliki obsesi yang sama dengan Bush. Jika pada masa pemerintahan Obama kebijakan anggaran pertahanan cenderung berkurang dari presiden sebelumnya, George W. Bush, maka saat ini Trump akan bersiap menambah anggaran pertahanan yang sebelumnya justeru dikurangi oleh Obama.

Sebagaimana dilansir oleh Forbes bahwa Trump siap mendongkrak total anggaran belanja militer antara 500 miliar dollar AS hingga 1 triliun dollar AS. Belum lagi penambahan jumlah pasukan Amerika Serikat di masa Trump diprediksi akan jauh lebih besar dibandingkan dengan masa pemerintahan Obama, yaitu jika Obama hanya menambah jumlah pasukan sebesar 480.000 maka Trump akan menambah sampai 540.000 tentara.

Orientasi Trump dalam bidang militer memang dapat dikatakan besar, sebab dirinya juga mempunyai obsesi untuk terus memodernisasi pertahanan nuklir, yang berarti hal ini juga memunculkan potensi ancaman yang besar bagi stabilitas keamanan dunia.

Dengan kata lain apa yang dikatakan oleh Trump sebagai “Make America Great Again” adalah berarti juga memperkuat kembali kekuatan Amerika dalam bidang pertahanan, yang tujuannya bisa jadi membuat negara-negara lain di dunia harus merasa segan.

Sikap Indonesia

Adanya rencana presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, untuk menjadikan kembali Amerika sebagai negara yang besar dan disegani, terutama dengan memperkuat kembali pertahanannya, maka diprediksi akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap peran dan posisi Indonesia.

Sebagaimana pernah terjadi pada masa pemerintahan Bush yang banyak mengedepankan agresi terhadap negara-negara di Timur Tengah, maka pada saat itu Indonesia berada pada posisi yang tegas menolak langkah agresi Amerika.

Demikian juga seharusnya sikap Indonesia ke depan, yaitu dengan tetap memilih sebagai negara yang mengedepankan perdamaian dan pendekatan persuasif dalam mengatasi konflik atau permasalahan yang terjadi di tingkat internasional.

Pendekatan prinsip perdamaian yang dijalankan Indonesia juga setidaknya perlu disertai dengan sikap kritis, jika di masa yang akan datang Pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin Trump lebih mengedepankan perang dalam mengatasi persoalan.

Indikasi sikap agresif kebijakan Trump sendiri sebenarnya sudah dapat terlihat ketika dirinya menyinggung tentang perang melawan Iran, dan langkah-langkah tegas yang perlu diambil dalam menyelesaikan krisis di Iraq dan Suriah.

Kembali kepada sikap kritis pemerintah Indonesia, hal itu diperlukan mengingat langkah militer dengan segala bentuknya lebih banyak menimbulkan implikasi negatif terhadap kehidupan masyarakat sipil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com