NAIROBI, KOMPAS.com — Sebuah perusahaan teknologi informasi (TI) asal Kenya mengembangkan peranti lunak untuk mengawasi kecurangan Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS), 8 November ini.
Adalah hal ironis mengingat yang paling getol menuding kecurangan pemilu adalah Donald Trump, kandidat presiden AS dari kubu Republik.
Kenya tenggelam dalam kisruh politik antara 2007 hingga awal 2008. Penyebabnya, pemilihan umum kepresidenan yang dipenuhi kecurangan dan manipulasi oleh kedua kandidat.
Alhasil, bentrok antara etnis Luo dan Kikuyu yang berkecamuk di seantero Kenya, negeri asal ayah Presiden AS Barack Obama, merenggut sedikitnya 1.000 korban jiwa.
Jumlah pastinya tidak jelas lantaran sebagian besar pembantaian terjadi di kawasan terpencil.
Di tengah gejolak tersebut, seperti dilaporkan Deutche Welle, pakar TI Kenya bergabung untuk mengembangkan Ushahidi, peranti lunak yang kemudian digunakan oleh penduduk buat melaporkan tindak kekerasan pemilu dan lokasinya.
Sejak itu, Ushahidi yang dalam bahasa Kiswahili berarti kesaksian, kini berkembang menjadi perusahaan start-up dengan 30 pegawai yang bekerja untuk 30 negara.
Peranti tersebut kini digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari pemantauan gempa bumi hingga jurnalisme.
Tahun ini, Ushahidi digunakan untuk memantau proses pemilihan umum kepresidenan di AS.
Ushahidi kini meluncurkan situs khusus, di mana pemilih bisa melaporkan kerancuan atau masalah di tempat pemungutan suara.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.