Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ericssen
Pemerhati Politik

Pemerhati Politik Amerika, Politik Indonesia, dan Politik Elektoral

Prediksi Pilpres AS: Bersiaplah dengan Sebutan Madam Presiden...

Kompas.com - 08/11/2016, 13:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Data kampanye ini sangat krusial membantu konsultan politik untuk membentuk sistem “modelling” calon pemilih. Tidaklah mengagetkan jika tim Hillary terus memburu pemilih Hispanik yang partisipasinya meroket dibanding pilpres lalu.  Sedangkan tim kampanye Trump tidak terlalu memedulikan penggunaan data ini.

Faktor terakhir adalah data dari early voting yang sejauh ini memunculkan berita baik bagi Hillary. Dua negara bagian toss up yang harus disapubersih Trump yaitu Nevada dan Florida telah menggelar pemungutan suara awal.

Data yang dirilis menunjukan melesatnya pemilih Demokrat dibandingkan pilpres 2012 khususnya pemilih Hispanik yang melonjak lebih dari 100%. Tentunya ini bukanlah berita baik bagi Trump mengingat pemilih Hispanik adalah blok pemilih yang selalu memilih capres Demokrat. Bahkan Jon Ralston, pakar politik ternama Nevada melalui Twitternya bercuit bahwa Trump telah berakhir di Nevada.

Apa Trump Masih Bisa Menang?

Berstatus underdog bukan berarti tidak dapat menang. Donald Trump masih bisa mengejutkan dunia jika angka-angka survei yang selama ini muncul rupanya tidak tepat alias terjadi eror besar.

Mengingat Hillary hanya unggul tipis 2-3 poin yang berarti masih dalam margin of error, skenario ini mungkin saja terjadi walau sejarah menunjukan peristiwa ini sangat jarang terjadi.

Selain itu, ada juga teori “Shy Trump Voters”. Teori ini merujuk ke pemilih yang karena rasa malu takut dihakimi secara sosial memutuskan tidak memberitahu bahwa dia memilih Trump ketika disurvei.

Teori ini kemudian mengatakan pemilih ini akan muncul dalam jumlah besar untuk memenangkan Trump di hari H. Sejauh ini sejumlah analis politik menilai teori ini belum terbukti dan jika “Shy Trump Voters” ada, jumlahnya tidak akan cukup memenangkan Trump.

Madam President

Hillary Clinton tidak pernah kehilangan keunggulannya sejak Konvensi Nasional Partai Demokrat. Sejumlah rentetan masalah mulai dari penggunaan server pribadi untuk email, pembocoran email ketua kampanye oleh Wikileaks, gangguan pneumonia, pemeriksaan ulang FBI tidak menggoyahkan Hillary. Walau sempat sedikit tergelincir, Hillary kemudian bangkit dan tetap konsisten memimpin survei.

Hillary tetaplah favorit menjadi Presiden ke-45 AS sejak musim pemilihan pendahuluan (primary) berakhir. Yang pasti, terlepas dari setipis atau setelak apapun kemenangannya, dunia perlu segera membiasakan diri untuk  memanggil Ibu Presiden atau Madam Presiden.

Berapa besarkah skala kemenangan yang akan diraih Hillary? Penulis sendiri memprediksi untuk popular vote, Hillary akan menang setidaknya 4 poin dengan raihan 48-49% dengan raihan 323 electoral votes berbanding 215.

istimewa Prediksi akhir penulis jika Hillary menang sekitar 6-7 poin
Namun, janganlah terkejut jika Hillary berhasil meraih kemenangan lebih telak 6-7 poin. Skenario ini bakal terjadi jika semua pemilih yang belum memutuskan pilihan akhirnya memilih Hillary. Juga, jika angka survei men-underestimate dukungannya.

Di skenario ini Hillary berpotensi meraih 50-51% di mana Trump hanya akan meraih 44-45%. Raihan electoral votes mantan Senator New York itu akan meningkat menjadi 353 ditambah Ohio, Arizona, dan Nebraska distrik ke-2.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com