Data kampanye ini sangat krusial membantu konsultan politik untuk membentuk sistem “modelling” calon pemilih. Tidaklah mengagetkan jika tim Hillary terus memburu pemilih Hispanik yang partisipasinya meroket dibanding pilpres lalu. Sedangkan tim kampanye Trump tidak terlalu memedulikan penggunaan data ini.
Faktor terakhir adalah data dari early voting yang sejauh ini memunculkan berita baik bagi Hillary. Dua negara bagian toss up yang harus disapubersih Trump yaitu Nevada dan Florida telah menggelar pemungutan suara awal.
Data yang dirilis menunjukan melesatnya pemilih Demokrat dibandingkan pilpres 2012 khususnya pemilih Hispanik yang melonjak lebih dari 100%. Tentunya ini bukanlah berita baik bagi Trump mengingat pemilih Hispanik adalah blok pemilih yang selalu memilih capres Demokrat. Bahkan Jon Ralston, pakar politik ternama Nevada melalui Twitternya bercuit bahwa Trump telah berakhir di Nevada.
Apa Trump Masih Bisa Menang?
Berstatus underdog bukan berarti tidak dapat menang. Donald Trump masih bisa mengejutkan dunia jika angka-angka survei yang selama ini muncul rupanya tidak tepat alias terjadi eror besar.
Mengingat Hillary hanya unggul tipis 2-3 poin yang berarti masih dalam margin of error, skenario ini mungkin saja terjadi walau sejarah menunjukan peristiwa ini sangat jarang terjadi.
Selain itu, ada juga teori “Shy Trump Voters”. Teori ini merujuk ke pemilih yang karena rasa malu takut dihakimi secara sosial memutuskan tidak memberitahu bahwa dia memilih Trump ketika disurvei.
Teori ini kemudian mengatakan pemilih ini akan muncul dalam jumlah besar untuk memenangkan Trump di hari H. Sejauh ini sejumlah analis politik menilai teori ini belum terbukti dan jika “Shy Trump Voters” ada, jumlahnya tidak akan cukup memenangkan Trump.
Madam President
Hillary Clinton tidak pernah kehilangan keunggulannya sejak Konvensi Nasional Partai Demokrat. Sejumlah rentetan masalah mulai dari penggunaan server pribadi untuk email, pembocoran email ketua kampanye oleh Wikileaks, gangguan pneumonia, pemeriksaan ulang FBI tidak menggoyahkan Hillary. Walau sempat sedikit tergelincir, Hillary kemudian bangkit dan tetap konsisten memimpin survei.
Hillary tetaplah favorit menjadi Presiden ke-45 AS sejak musim pemilihan pendahuluan (primary) berakhir. Yang pasti, terlepas dari setipis atau setelak apapun kemenangannya, dunia perlu segera membiasakan diri untuk memanggil Ibu Presiden atau Madam Presiden.
Berapa besarkah skala kemenangan yang akan diraih Hillary? Penulis sendiri memprediksi untuk popular vote, Hillary akan menang setidaknya 4 poin dengan raihan 48-49% dengan raihan 323 electoral votes berbanding 215.
Di skenario ini Hillary berpotensi meraih 50-51% di mana Trump hanya akan meraih 44-45%. Raihan electoral votes mantan Senator New York itu akan meningkat menjadi 353 ditambah Ohio, Arizona, dan Nebraska distrik ke-2.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.