Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ericssen
Pemerhati Politik

Pemerhati Politik Amerika, Politik Indonesia, dan Politik Elektoral

Prediksi Pilpres AS: Bersiaplah dengan Sebutan Madam Presiden...

Kompas.com - 08/11/2016, 13:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Misi berat Trump tidaklah mustahil. Namun, angka survei menunjukan konglomerat berusia 70 ini menghadapi misi super berat. Alih-alih ingin mengejutkan Hillary di benteng pertahanannya, Trump bahkan masih kesulitan untuk mengamankan kemenangan di lima negara bagian toss up itu.

Misal di Florida yang memiliki 29 electoral votes, Hillary maupun Trump bersaing ketat dan terus silih berganti memimpin di “Sunshine State”. Agregator survei Real Clear Politics menunjukan Hillary saat ini unggul tipis 1 poin. Jika sampai dia kalah di Florida,  tamatlah ambisi Trump walau dia dapat mengejutkan Hillary di salah satu dari 5 negara bagian “Blue Firewall” itu.

Di negara bagian lain North Carolina yang memilih Republik empat tahun lalu, Trump juga kesulitan bersaing. Dia hanya memimpin di 4 dari 24 survei yang digelar sejak debat pertama capres.

Selain itu, Trump juga masih perlu mewaspadai Hillary yang bisa saja mengejutkannya di tiga negara bagian yang biasanya selalu memilih capres Republik. Arizona, Utah, dan Georgia adalah 3 negara bagian di mana Trump unggul dan tetap favorit untuk menang namun dia hanya unggul tipis.

Misal di Arizona, demografi pemilih Hispanik yang jumlahnya terus meningkat dan dibuat berang oleh retorik anti imigran Trump berpotensi mengejutkan biliuner itu dengan menjadikan negara bagian ini berwarna biru. Hillary dan cawapresnya Tim Kaine, bahkan Ibu Negara Michelle Obama, berkampanye di Arizona pekan lalu.

Secara garis besar Trump bukan hanya harus menyapu bersih negara bagian toss up, dia juga harus mengejutkan Hillary di benteng pertahanan “Blue Firewall” dan juga harus mempertahankan teritorinya sendiri di negara bagian merah, tiga misi yang tentunya sangat sulit di atas kertas.

Faktor-faktor Krusial Lain

Faktor-faktor lain yang mendukung kemenangan Hillary adalah lebih kuatnya tim kampanye lapangan, lebih terkoordinasinya mobilisasi pemilih dengan penggunaan analisa data pemilih, dan angka yang positif dari pemungutan suara awal yang telah digelar di sejumlah negara bagian.

Berbicara tim kampanye lapangan atau sering disebut ground game, pasukan Hillary sangat superior dibandingkan dengan pasukan Trump yang tidak terorganisir. Umumnya di negara-negara bagian yang ketat, seperti Ohio dan Florida, capres dengan pasukan lapangan yang lebih kuat akan membukukan kemenangan.

Adapun pasukan atau relawan lapangan ini bertugas untuk  mengetuk pintu demi pintu rumah atau mengirimkan surat ke calon pemilih meyakinkan mereka untuk menggunakan hak pilihnya.

Tim kampanye Hillary memiliki infrastruktur kampanye lapangan yang sangat kuat berjumlah ratusan hingga ribuan relawan yang tersebar di swing state krusial bekerja pagi malam untuk menghubungi dan meyakinkan calon pemilih untuk memilih Hillary.

Sebaliknya, tim kampanye Trump hampir tidak mengeluarkan dana untuk sistem kampanye tradisional ini. Trump sendiri selalu percaya bahwa kampanye akbar di mana dia berbicara dan iklan televisi cukup untuk meyakinkan pemilih memilih dia.

Sejarah pilpres selalu menunjukan siapa yang lebih aktif di lapangan itulah yang unggul, Misal di pilpres 2012 di negara bagian Florida yang super ketat, Barack Obama menang tipis 0.88% dari lawannya Mitt Romney ditopang karena lebih superiornya infrastruktur lapangan yang dibangun.

Faktor krusial kedua adalah terarahnya strategi kampanye Hillary Clinton untuk menarik pemilih mana saja untuk dimobilisasi atau sering disebut Get Out The Vote. Tim kampanye lapangan tidak akan asal-asalan mengetuk setiap pintu rumah.

Tim kampanye Hillary didukung oleh penggunaan data untuk menganalisa mana-mana sajakah pemilih yang akan muncul memberikan suaranya (likely voters).

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com