BAGHDAD, KOMPAS.com - Ketegangan melanda pemerintah Irak dan Turki yang kini mulai berebut menjadi "penguasa" Mosul dan sekitarnya setelah ISIS bisa diusir dari kota itu.
Ketegangan memuncak setelah Turki mengerahkan, pasukan tank dan artilerinya di sepanjang perbatasan dengan Irak.
Sementara PM Irak Haider al-Abadi menyatakan, meski negerinya tak ingin berperang melawan Turki, tetapi siap bertarung jika memang diperlukan.
"Kami tak ingin berperang melawan Turki, tetapi jika konfrontasi terjadi, kami sudah siap," ujar PM Al-Abadi dalam jumpa pers di Baghdad.
Konfrontasi kedua negara semakin tajam di saat pasukan Irak dan milisi Syiah, Hashd al-Shaabi bergerak maju menuju kota Tal Afar, untuk memotong jalur pelarian ISIS dari Mosul ke Suriah.
Situasi makin hangat setelah Menlu Turki Mevlut Cavusoglu melontarkan "ejekan" terhadap pemerintah Irak.
"Jika kalian (Irak) memiliki kekuatan, mengapa kalian menyerahkan Mosul kepada organisasi teroris? Jika kalian kuat mengapa pasukan Kurdi menduduki wilayah kalian selama bertahun-tahun?" ujar Cavusoglu.
Sementara itu, Turki yang menganggap dirinya sebagai pelindung warga Arab Sunni di Mosul dan Irak Utara.
Warga Arab Sunni di Mosul merasa khawatir dengan nasib mereka jika ISIS dikalahkan milisi Syiah dan pasukan Kurdi yang didukung koalisi AS.
Turki saat ini menempatkan 700 personel militer di kota Bashiqa, sebelah utara Mosul untuk melatih milisi Arab Sunni, yang adalah para bekas polisi Mosul, berkekuatan 2.500 personel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.