Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Eka Kurniawan

Kompas.com - 27/10/2016, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Beberapa tahun kemudian, ketika telah menjadi pelacur yang paling didambakan di kotanya, Dewi Ayu menyadari bahwa ketabahan hatinya telah menyelamatkannya dari sakit hati dan duka yang menimpa anak-anak perempuannya dan kekasih-kekasih mereka.

Eka sering kali dibandingkan dengan Pramoedya Ananta Toer, novelis sastra penganut paham "kiri" pada era Sukarno yang hidupnya kemudian diikuti oleh peristiwa-peristiwa buruk. Namun, perbandingan ini tidaklah tepat.

Eka dengan senang hati memunculkan sisi kemanusiaan dari tokoh yang dia ciptakan. Sebaliknya, Pramoedya berkomitmen pada ideologi dogmatis yang kuat, hingga dia terlihat terjebak di dalam obsesinya itu.

Sisi kemanusiaan yang tumbuh di masa berkembangnya ajaran agama yang konservatif itulah yang membuat "Cantik itu Luka" menjadi sangat luar biasa, begitu didambakan, dan yang terpenting, novel ini di luar norma-norma yang ada.

Terkecuali Dewi Ayu, karakter-karakter lainnya dalam novel ini digambarkan Eka sebagai budak dari emosi-emosi mereka. Seperti ketika mereka jatuh cinta, dunia seakan berhenti. Sebuah peristiwa yang tak terduga menimbulkan gema di sepanjang bentangan Pulau Jawa hingga samudera.

Eka juga melukiskan, meja-meja terbalik ketika anak perempuan kedua Dewi Ayu yang manipulatif, Allamanda, jatuh cinta pada Kliwon, aktivis komunis yang menawan.

"Ketika ia mulai menyadari bahwa ia sungguh-sungguh dibuat jatuh cinta, ia merasai ngeri pada kesadaran bahwa ia telah dikalahkan dan mencoba membunuh rasa cinta itu dengan memikirkan cara-cara paling mengerikan untuk membuat laki-laki itu jatuh di kakinya."

Seperti yang dituliskan Jon Fasman di the New York Times, hasil karya Eka menunjukkan kepada kita, "….bagaimana aliran sejarah menangkap, memutar, membawa dan terkadang menenggelamkan orang-orang."

Eka Kurniawan adalah seorang pencerita Asia Tenggara dengan pemahaman yang luar biasa terhadap materinya. Dia menolak segala sesuatu yang terlalu sopan dan borjuis. Sebaliknya, dia menikmati hal-hal yang manusiawi dan sederhana.

Dia membuat kita tertawa, tersedu sedan, dan menangis yang sering kali terjadi dengan cepat dalam urutan tersebut.

Novel ini sangat mirip dengan seni pertunjukan wayang pada malam hari. Ini benar dan saya rela melakukan apapun untuk menjadi sang penulis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com