Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ericssen
Pemerhati Politik

Pemerhati Politik Amerika, Politik Indonesia, dan Politik Elektoral

Hillary Clinton Favorit Menangi Pilpres AS

Kompas.com - 27/10/2016, 18:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Rust Belt States adalah negara-negara bagian yang berpotensi dimenangi Trump dengan gaya retoris populisnya. Jika mendekati hari pemilu, Trump berhasil memotong keunggulan Hillary atau bahkan melampauinya di survei, maka tim kampanye Hillary perlu segera menekan tombol waspada atau mempersiapkan kemenangan melalui jalur electoral votes lain.

Apa faktor lain?

Faktor-faktor lain yang mendukung kemenangan Hillary adalah kuatnya tim kampanyenya dibanding dengan pasukan Trump yang hampir tidak memiliki organisasi kampanye akar rumput (ground game) di sejumlah swing states krusial.

Umumnya di negara-negara bagian yang ketat, seperti Ohio, Florida, capres dengan pasukan lapangan yang lebih kuat yang mampu menarik perhatian pemilihlah yang meraih kemenangan.

Hillary juga unggul jauh dalam hal pengumpulan dana kampanye yang berperan penting untuk terus menjalankan iklan-iklan kampanye politik televisi di swing states.

Sementara itu, Trump mengalami kesulitan untuk meningkatkan “ceiling” perolehan suaranya yang mandek di angka 38-40 persen sejak pemilihan pendahuluan (primary).

Taipan realestat ini memang didukung kuat oleh pemilih Republiken berkulit putih yang tidak berpendidikan universitas. Namun, dia juga tidak kunjung mendapat dukungan konstituen penting Republik lain, yaitu pemilih wanita kulit putih berpendidikan universitas dan pemilih kulit putih suburban.

Dua kelompok pemilih yang merasa “jijik” dengan tingkah laku Trump ini hampir pasti akan mengalihkan dukungan ke Hillary.

Tanpa dukungan dua konstituen ini, pebisnis berusia 70 tahun tersebut memerlukan dukungan suara yang sangat besar dari pemilih kulit putih tidak berpendidikan universitas, sebuah skenario yang sangat berat.

Satu-satunya teori jika Trump secara mengejutkan berhasil menang adalah eror besar yang terjadi dalam survei-survei pilpres. Namun, sepanjang sejarah, hal ini belum pernah terjadi.

Selain itu, belum pernah terjadi di sejarah AS, capres mana pun yang sudah tertinggal hingga 5-6 poin dengan sisa kurang lebih 2 pekan sebelum pemilu berhasil melancarkan “comeback” memenangi pilpres.

Tentunya masih ada ketidakpastian walau sedikit, di sisa 12 hari balapan sengit ini. Ketidakpastian lebih disebabkan oleh pemilih mengambang yang tidak kunjung memutuskan pilihannya.

Jumlah pemilih mengambang ini lebih besar dari pilpres-pilpres sebelumnya, yang dalam hal ini masih ada 15 persen berbanding 5 persen pada pilpres 2012.

Tidak populernya kedua capres dan adanya capres partai ketiga seperti menjadi alasan tingginya jumlah pemilih yang belum tahu pilihannya.

Hillary Clinton konsisten unggul sejak Konvensi Nasional Partai Demokrat. Walau diguncang sejumlah masalah mulai dari pneumonia, Yayasan Clinton hingga e-mail yang dibocorkan Wikileaks, Hillary terbukti berhasil meredamnya dan tidak goyah sedikit pun.

Setelah gagal 8 tahun lalu, kelihatannya tahun ini memang adalah tahunnya Hillary. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah seberapa besar skala kemenangan yang akan dipetiknya.

Penulis sendiri memprediksi, Hillary akan menang 5-6 poin atau bahkan lebih. Kita semua akan tahu jawabannya dalam hitungan hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com