Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ericssen
Pemerhati Politik

Pemerhati Politik Amerika, Politik Indonesia, dan Politik Elektoral

Hillary Clinton Favorit Menangi Pilpres AS

Kompas.com - 27/10/2016, 18:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Ditambah tiga negara bagian yang dalam dua pilpres terakhir memilih Barack Obama, Virginia, Colorado, dan New Mexico, Hillary menambah pundi-pundi electoral votes-nya menjadi 269.

Adapun Hillary selalu konsisten memimpin bahkan terkadang lebih dari 10 poin di tiga negara bagian ini. Meningkatnya populasi Hispanik yang dikenal pro-Demokrat melesatkan keunggulan Hillary di Colorado dan New Mexico.

Di Virginia sendiri, suara-suara Demokrat ditopang oleh populasi beraliran liberal di bagian utara Virginia yang berbatasan langsung dengan ibu kota Washington DC.

Angka 269 berarti Hillary secara logika tidak memerlukan swing state besar yang jauh lebih sulit dimenangi, seperti Ohio dan Florida. Hillary cukup meraih kemenangan tipis di swing state kecil, seperti New Hamsphire atau Nevada.

Mantan Menteri Luar Negeri ini konsisten unggul di survei-survei New Hampshire maupun Nevada. Bahkan di New Hampshire, Hillary unggul hingga 8-10 poin.

Secara garis besar Hillary memiliki jalur yang lebih mudah untuk meraih kemenangan. Jika dia gagal memenangi negara bagian tertentu, selalu ada negara bagian lain yang dapat menjadi pintu menuju angka 270.

Sebaliknya posisi Trump sangat terjal. Kemenangan di swing state besar seperti Ohio dan Florida tidak menggaransi tiket Gedung Putih.

Mungkin saja Trump berhasil mengejutkan Hillary di Virginia atau Colorado atau di salah satu 18 negara bagian yang solid memilih Demokrat itu. Namun, berdasarkan angka survei dan sejarah politik, skenario kejutan ini hampir mustahil akan terjadi.

Peran krusial Pennsylvania

Negara bagian yang angka surveinya perlu terus diperhatikan hingga hari-H adalah Pennsylvania. Bisa dikatakan, Pennsylvania dengan 20 electoral votes-nya adalah “tipping state” atau negara bagian yang menjadi titik penentu bagi kedua capres.

Peranan Pennsylvania tidaklah pernah sepenting pilpres tahun ini. Pennsylvania menjadi swing state krusial  disebabkan karena Trump punya kesempatan emas untuk memenanginya. Capres Republik sebelumnya selalu kesulitan memenangi Keystone State.

Jadi apa yang menjadi daya tarik Trump? Negara bagian ini didominasi oleh pemilih berkulit putih yang kebanyakan tidak berpendidikan universitas.

Demografi pemilih berkerah biru (kelas pekerja) ini terpikat oleh gaya retoris populis Trump yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas yang mengakibatkan pekerja ini kehilangan pekerjaan, terutama di sektor manufaktur yang di-outsource ke luar AS.

Pennsylvania adalah titik kunci dari “Blue Firewall” atau benteng electoral college Hillary Clinton. Jika sampai Hillary gagal memenangi 20 electoral votes Pennsylvania, maka politisi berusia 69 tahun ini berpotensi kalah di swing states lain, seperti Iowa, Ohio, Michigan, dan Wisconsin yang jika terjadi akan menghancurkan benteng pertahanan Hillary.

Adapun negara-negara bagian yang bertetangga dengan Pennsylvania itu memiliki kemiripan demografi dengan Pennsylvania dan sering disebut Rust Belt States yang mengacu sebagai pusat manufaktur dan industri AS.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com