Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2016, 21:57 WIB

BAGHDAD, KOMPAS.com - Warga kota Mosul yang ketakutan membayar para penyelundup manusia hingga 1.000 dolar AS atau sekitar Rp 13 juta untuk membawa mereka keluar dari Mosul.

Mosul, kota terbesar kedua di Irak, diduduki ISIS sejak 2014 dan kini pemerintah Irak yang didukung koalisi pimpinan AS menggelar operasi militer besar-besaran untuk memukul ISIS dari kota itu.

Rencana serangan ini sudah mengkhawatirkan PBB yang memperingatkan bahwa pertempuran di Mosul bisa membahayakan lebih dari satu juta warga sipil yang masih tinggal di kota itu.

Kini tak ada lagi jalan aman untuk keluar dari Mosul. Kondisi tersebut membuat banyak warga mengandalkan para penyelundup manusia untuk mengeluarkan mereka dari kota tersebut.

Para komandan militer menganjurkan warga untuk tetap berada di rumah dan mengibarkan bendera putih. Namun, muncul kekhawatiran rumah-rumah dengan bendera putih malah dijadikan tempat berlindung anggota ISIS.

Abdelkadr, yang meninggalkan Mosul bersama istri dan ketiga anaknya, kepada Deutsche Welle mengatakan dia membayar 600 dolar AS per orang untuk keluar dari kota itu.

"Kini harga itu sudah naik hingga 1.000 dolar," kata Abdelkadr.

Bahkan jauh sebelum operasi militer Irak digelar, sebagian besar jalan menuju dan keluar dari Mosul sudah ditutup dan dipenuhi ranjau darat serta para penembak jitu.

Satu-satunya jalan yang terbuka dan relatif aman adalah yang menuju ke Suriah.

Badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) memperkirakan 100.000 warga Irak akan menyeberangi perbatasan menuju Suriah dan Turki untuk menghindari pertempuran.

Menghadapi kondisi ini UNHCR meminta bantuan jutaan dolar untuk menyediakan tenda, berbagai keperluan menghadapi musim dingin dan tungku pemanas bagi para pengungsi.

Save the Children adalah salah satu organisasi kemanusiaan yang meminta koridor aman untuk digunakan warga sipil meninggalkan zona konflik.

"Tanpa rute yang aman untuk menghindari pertempuran, banyak keluarga yang tak memiliki pilihan selain tetap tinggal di Mosul dengan risiko terbunuh akibat tembakan atau pengeboman tanpa persediaan makanan atau obat-obatan," kata Aram Shakaram, deputi direktur Save the Children di Irak.

"Mereka yang mencoba kabur akan dipaksa melintasi jalanan yang dipenuhi bom, penembak jitu hingga ranjau darat yang tersembunyi. Tanpa tindakan cepat, kita akan menyaksikan kematian warga sipil dalam skala yang besar," tambah Shakaram.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com