Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2016, 16:44 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Al Jazeera terkait 100 hari pemerintahannya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte sekali lagi menegaskan perang terhadap narkoba yang dikobarkannya bukanlah kebijakan yang salah.

Kepada Al Jazeera, Duterte mengatakan, kebijakannya itu diambil karena saat ini jumlah pecandu narkoba di negerinya berjumlah 3 juta orang dan terus bertambah.

Para pecandu dan pengedar narkoba ini, menurut Duterte, akan menghancurkan generasi masa depan Filipina sehingga dia perlu melakukan langkah tegas.

"Anda menghancurkan negara saya, maka saya akan membunuh Anda. Dan itu tidak melanggar hukum. Jika Anda menghancurkan anak-anak kami, saya akan bunuh Anda," kata Duterte, akhir pekan lalu.

"Ini adalah pernyataan yang benar. Tak ada yang salah dalam upaya melindungi kepentingan generasi masa depan kami," tambah Duterte.

Duterte menegaskan, kematian anak-anak dan orang yang tak bersalah akan diinvestigasi. Namun, dia menegaskan, aparat keamanan tak akan mendapatkan risiko hukum apapun jika dalam operasinya jatuh korban warga tak bersalah.

Duterte lalu membandingkan hal ini dengan pengeboman yang dilakukan koalisi pimpinan AS di wilayah yang dikuasai ISIS di Irak atau Suriah.

"Barat mengatakan, (warga sipil) adalah korban yang tak diinginkan, tetapi kami melihat itu sebagai pembunuhan," tambah dia.

"Saya tak peduli soal HAM dalam masalah ini, sebab para musuh negara ini berkeliaran dan menghancurkan anak-anak kami," lanjut dia.

Mantan wali kota Davao ini memiliki julukan Sang Penghukum karena pernyataan-pernyataan kerasnya dan kaitannya dengan geng-geng pembunuh. Namun, dia selalu membantah terlibat langsung dalam berbagai kasus pembunuhan di luar pengadilan.

"Davao adalah kota paling aman nomor sembilan di dunia. Coba Anda pikir bagaimana kami melakukannya? Bagaimana kami mendapatkan gelar itu? Saya membunuh semua penjahat," kata dia.

PBB berulang kali mengecam kebijakan Duterte yang dianggap terlalu brutal. Kecaman juga datang dari Uni Eropa dan Gereja Katolik yang sangat dominan di Filipina.

Meski kebijakannya banyak dikecam dunia internasional, tetapi popularitas Duterte di dalam negeri sangat tinggi.

Menurut jajak pendapat yang digelar Pulse Asia Research, 86 persen rakyat Filipina mendukung Duterte dan hanya tiga persen saya yang tak menyukai kebijakannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com