Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Obama Desak Petinggi Partai Republik Tinggalkan Donald Trump

Kompas.com - 12/10/2016, 12:58 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Barack Obama, Selasa (12/10/2016), mendorong para petinggi Partai Republik untuk mencabut dukungan terhadap Donald Trump sebagai kandidat presiden.

Pada sebuah kampanye untuk mendukung Hillary Clinton, Obama mengatakan, tidak masuk akal jika para senior Partai Republik menghujat komentar kontroversial Trump, tapi di saat yang sama mendukungnya untuk maju ke Gedung Putih.

Banyak petinggi Partai Republik yang sudah mengambil jarak dengan Trump karena video yang memperlihatkan Trump mengatakan hendak melecehkan perempuan. Alhasil, Trump menuduh para politisi senior itu tak setia terhadap partai.

Secara khusus, Trump mengecam Ketua DPR Paul Ryan yang juga menjadi pejabat tertinggi Partai Republik Amerika Serikat sebagai "pemimpin yang lemah dan tidak efektif".

Obama, dalam kampanye di Greensboro, Carolina Utara, pada Selasa malam, mempertanyakan politisi senior Partai Republik yang masih menginginkan Trump menjadi presiden.

"Faktanya, ada orang-orang yang bilang, 'Kami sangat tidak setuju, kami tidak sepakat...tapi kami masih mendukungnya.' Mereka masih berpikir Trump layak jadi presiden, ini tidak masuk akal buat saya," kata Obama kepada publik.

Obama pun mengatakan bahwa komentar Trump yang tidak pantas terhadap perempuan membuatnya tak layak bekerja di toko sekalipun.

"Kini Anda berada di situasi di mana ada seorang pria yang mengatakan hal-hal yang tak akan ditoleransi bahkan jika Anda melamar pekerjaan di 7-Eleven," katanya.

Beberapa kali Obama diinterupsi kelompok anti-Clinton, namun dia tak goyah, dan mengatakan, "Inilah demokrasi. Ini bagus."

Kelompok anti-Hillary Clinton itu kemudian dikawal keluar lokasi kampanye oleh petugas keamanan.

Video yang dibuat pada 2005 dan dirilis pada Jumat lalu memperlihatkan Trump yang mengatakan, dia berusaha berhubungan seks dengan seorang perempuan yang sudah menikah dan membuat komentar-komentar lain bernada seksual terhadap perempuan.

Hampir separuh dari 331 senator petahana, anggota DPR serta gubernur Partai Republik mengecam komentar Trump dalam video tersebut, dan 10 persennya meminta Trump untuk mengundurkan diri dari pencalonan, menurut kantor berita Reuters.

Pada Senin (10/10/2016), Paul Ryan mengatakan dia tidak akan membela Trump atas komentarnya tersebut.

Pada sesama anggota Partai Republik di DPR, Ryan mengatakan dia akan berfokus pada pemilihan anggota kongres untuk memastikan Partai Republik bisa mempertahankan kendali legislatif.

Trump, lewat serangkaian cuitan membalas, bahwa "pasung-pasung telah dilepaskan darinya" sehingga ia dapat "berjuang untuk Amerika Serikat dengan cara seperti yang dikehendakinya".

Meski ada perpecahan di Partai Republik, beberapa anggota Partai Republik berkeras untuk membela Trump.

Gubernur New Jersey Chris Christie mengatakan, dia "sangat terganggu" dengan komentar Trump soal perempuan, tapi masih mendukungnya, dan mengatakan bahwa pemilihan "adalah isu yang lebih besar dari peristiwa itu".

Senator Texas dan mantan rival Trump, Ted Cruz juga mengatakan, tetap akan memilih Trump dalam kertas suara, dan mengatakan pada stasiun televisi di Texas bahwa Hillary Clinton adalah "sebuah bencana".

Sementara itu, jajak pendapat terbaru dari PRRI/Atlantic menunjukkan Hillary Clinton unggul 49-38 dari Donald Trump.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com