Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Lebih Baik Panggil Tharman

Kompas.com - 06/10/2016, 21:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorFidel Ali

Bagi saya, tes yang sesungguhnya datang di saat-saat setelah Lee jatuh, ketika dia menyadari perlunya campur tangan dan menenangkan negaranya pada saat yang dibutuhkan. Prospek kepemimpinan Tharman di masa depan menjadi topik hangat yang diperdebatkan di Singapura sekarang ini.

Dilihat dari luar, dia dipandang sebagai produk sempurna dari sistem PAP yang melahirkan calon-calon pemimpin. Dia juga dipandang memenuhi sejumlah kriteria. Berpendidikan tinggi? Tharman merupakan lulusan dari LSE, Cambridge dan Harvard. Keunggulan teknokratis?

Ia sebelumnya adalah Chief Executive dan kemudian Ketua Otoritas Moneter Singapura (MAS). Dia juga menjalankan tugas sebelumnya sebagai Menteri Edukasi dan Menteri Keuangan dengan sangat baik.

Bagaimana pengalaman internasionalnya? Dia memimpin Komite Keuangan dan Moneter Internasional (IMFC) di IMF. Apakah dia pandai dalam berkampanye? Dia sukses di daerah pemilihan Jurong sejak 2001 dengan selalu mendapat suara mayoritas di sana.

Lalu apakah etnis Tharman sebagai seorang India Singapura di negara dengan mayoritas penduduk beretnis China bisa menjadi suatu masalah?

Memang benar, sebuah artikel yang baru-baru ini dipublikasikan oleh Straits Times menguraikan enam kandidat yang dipertimbangkan akan berkompetisi dalam mendapatkan jabatan perdana menteri. Nama Tharman tidak termasuk dalam keenam orang tersebut.

Apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Bukankah Singapura menganut sistem meritokrasi? Bukankah Singapura selalu merekrut dan mengangkat yang terbaik dan paling cerdas?

Saya akui bahwa saya sangat tertarik mengetahui mengapa ada keengganan untuk mempertimbangkan seorang pria yang secara jelas lebih unggul di atas rekan-rekannya, terutama mengingat badai ekonomi dan finansial yang sedang dan akan dihadapi Singapura dalam satu dekade ke depan?

Kaum elite Singapura sedang dihadapkan dengan dilema yang tidak biasa: seseorang yang berpotensial menjadi seorang pemimpin dengan kinerjanya yang melampaui semua rekan-rekannya dalam hal kemampuan administrasi dan politik.

Di Singapura, di mana kemampuan otak dan kecerdasan yang didapat dari membaca buku telah mengungguli kecerdasan emosional dalam waktu yang lama, sedangkan Tharman memiliki intuisi dan retorika yang tidak dimiliki oleh orang lain untuk memenangkan dan membujuk orang-orang sebangsanya

Akhirnya, kita harus bertanya apakah warga Singapura benar-benar dilayani oleh kegagalan imajinasi ini dalam kesuksesan mereka?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com