Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Disebut Lebih Buruk dari Rumah Jagal, Aleppo Butuh 300 Kantong Darah Per Hari

Kompas.com - 29/09/2016, 17:43 WIB

GENEVA, KOMPAS.com - Aleppo timur di Suriah utara, yang sedang terkepung perang, tidak memiliki sediaan obat bius dan memiliki hanya enam unit perawatan intensif (ICU).

Minimnya fasilitas kesehatan itu terjadi setelah dua rumah sakit utama berhenti beroperasi akibat serangan udara, sebagaimana dilaporkan Reuters, Kamis (29/92016).

Abd Arrahman Alomar, dokter dari organisasi Masyarakat Medis Suriah dan AS, mengabarkan tentang kondisi terbaru di Aleppo setelah jet tempur Rusia atau Suriah menyerang rumah sakit besar di kota itu Rabu (28/9/2016).

Para pegawai rumah sakit itu mengatakan, pasukan darat Suriah melancarkan serangan ke sejumlah basis oposisi di Aleppo timur.

Serangan udara dan darat juga menghancurkan sebuah rumah sakit lainnya dan satu toko roti.

Enam  orang yang sedang antre membeli roti dalam kepungan tewas terkena serangan di kota dengan 250.000 orang terjebak perang dan kekurangan makanan.

"Kami kehilangan tujuh ICU dan ventilatornya. Saat ini Aleppo timur hanya memiliki enam ICU," kata dokter Abd Arrahman Alomar, yang berada di Geneva untuk menemui para petinggi HAM PBB.

Menurut Alomar, rumah sakit M2 telah hancur dan kemungkinan baru akan mulai beroperasi dalam beberapa hari ke depan.

Alomar juga mengatakan, ia tidak tahu berapa lama waktu yang harus ditempuh untuk memperbaiki rumah sakit M10, yang merupakan rumah sakit terbesar di Aleppo timur.

Tempat ICU tersisa itu berada di rumah sakit Al Quds dan M1.

Prioritas utamanya adalah merawat luka akibat perang, termasuk luka bakar dari alat pembakar dan bom "penghancur bunker".

Sebanyak 30 orang dokter yang ada di Aleppo timur memfokuskan diri untuk perawatan darurat saja.

"Kesehatan mental dan bantuan psiko-sosial tidak dipikirkan dikarenakan belum menjadi prioritas," kata Alomar. "Kami kini memiliki lebih dari 200 kasus yang perlu ditangani segera," katanya.

Ia melaporkan, tidak ada ventilator bagi bayi baru lahir, Juga tidak ada perawat yang terlatih untuk menjaga mereka. Begitu pula para teknisi yang menjadi petugas bius.

Menurut Alomar, Aleppo timur hanya memiliki satu orang bidan dan dua dokter anak.

Antibiotik, persediaan ortopedik dan obat-obatan, untuk merawat berbagai penyakit kritis semakin sedikit dan obat-obatan lain telah habis.

"Jika itu berlanjut, para dokter bedah tidak akan dapat melakukan operasi," kata Alomar.

 "Ada juga ancaman kekurangan bahan bakar, yang hanya cukup untuk mengoperasikan rumah sakit itu selama 24 atau 25 hari lagi," tambah dokter Alomar.

Satu-satunya bank darah, yang menyediakan 50 kantong darah tiap harinya beberapa minggu lalu, saat ini telah menghadapi lonakan permintaan 300 kantong darah tiap harinya.

Menurut Alomar, tidak ada seorang pun yang suka dengan perang, namun juga tidak ada yang senang dengan kehilangan kebebasan.

“Mereka yang ada di dalam kota memiliki kesempatan sebelumnya untuk meninggalkan kota dan mereka menolak, mereka memutuskan untuk tetap tinggal dalam kota," kata dia.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon, Rabu  (28/9/2016) mengatakan, mereka yang menggunakan “senjata yang lebih destruktir” di Suriah telah melakukan kejahatan perang.

Situasi di Aleppo, ibu kota Provinsi Aleppo, yang sekaligus kota terbesar kedua di Suriah, yang berada di bagian utara negara itu, menurut Ban, lebih buruk dari rumah jagal.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com