WASHINGTON, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat menyambut hasil investigasi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 yang diumumkan kemarin, di Belanda.
Melalui Jurubicara John Kirby, Pemerintah AS menyebut hasil investigasi tersebut menguatkan tuduhan AS sejak awal peristiwa pada 17 Juli 2014 silam.
Kala itu, AS langsung menyebut bahwa ada dugaan kuat Pemerintah Rusia menjadi "dalang" di balik penembakan rudal ke arah Boeing 777 dengan 298 orang di dalamnya itu.
AS dengan cepat menyebut bahwa tindakan tak berprikemanusiaan itu dilakukan oleh kelompok separatis Ukraina yang didukung Pemerintah Rusia.
Tentu, tuduhan itu mengundang amarah dari Pemerintah Rusia.
Sebelumnya, menanggapi hasil pemeriksaan yang dipimpin oleh para investigator Belanda tersebut, Rusia pun langsung membantahnya.
Baca: Kremlin Bantah Rudal Pemberontak Ukraina Penyebab Jatuhnya MH17
Mereka menyatakan, investigasi tersebut terlalu bermuatan politis dan tak mengungkap fakta yang sebenarnya terjadi.
Kemarin, dalam konferensi pers, para penyelidik menyatakan rudal BUK yang digunakan untuk menjatuhkan MH17 diluncurkan dari wilayah utara Ukraina.
Sebelumnya, rudal dan peralatan peluncuran dibawa dari wilayah Rusia untuk masuk ke Ukraina, dan melakukan penembakan.
Investigasi ini tak menyebut siapa yang bertanggung jawab dalam peristiwa tersebut. Namun tim telah mengantongi 100-an nama yang terlibat dalam proses pemindahan rudal dari Rusia ke Ukraina, hingga proses penembakan.
Baca: Tim Penyidik Periksa 100 Orang Terkait Jatuhnya Malaysia Airlines MH17
"Tak diragukan lagi, MH17 memang ditembak jatuh dengan rudal BUK dari wilayah di utara Rusia, oleh kelompok separatis yang didukung Rusia," tegas Kirby, seperti dilansir AFP.
"Kami juga mencatat, langkah investigasi bersama ini membuktikan bahwa rudal dan peluncurnya dibawa ke Ukraina dari Rusia, dan kemudian dikembalikan ke Rusia setelah penembakan," ungkap dia.
Baca: Tim Penyidik: Rudal yang Hantam Malaysia Airlines MH17 Berasal dari Rusia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.