Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 5 Dekade, Obama Tunjuk Seorang Duta Besar untuk Kuba

Kompas.com - 28/09/2016, 10:00 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat untuk pertama kali dalam lima dekade terakhir menunjuk seorang pejabat yang menduduki jabatan duta besar untuk Kuba.

Duta besar tersebut adalah Jeffrey DeLaurentis. DeLaurentis saat ini sudah berada di Havana. Dia sebelumnya bekerja di Bogota dan menjadi perwakilan AS di PBB.

"Tugas utama dari duta besar yang baru ditunjuk ini adalah untuk membangun langkah maju dalam hubungan yang normal dan produktif antara kedua negara," ungkap Presiden AS Barack Obama, di Washington, Rabu (28/9/2016) WIB.

Seperti yang diberitakan AFP, Obama dan Presiden Kuba Raul Castro telah memulihkan hubungan kedua negara sejak Desember 2014 lalu.

Kemudian, kedua negara membangun kembali hubungan diplomatik sejak Juli 2015. 

Sejak saat itu, Washington dan Havana melakukan langkah-langkah maju yang sebelumnya tak pernah terbayangkan, menyusul perang dingin kedua negara selama hampir 50 tahun terakhir. 

Obama pun telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Kuba dan mencairkan embargo AS terhadap Kuba yang telah dijatuhkan sejak tahun 1962. 

Kemudian, penerbangan dan pelayaran komersial antara kedua negara pun kembali dibangun. Salah satunya adalah pelayaran pesiar dari Miami menuju Havana. 

Perusahaan AS macam Airbnb dan Netflix kini pun beroperasi di Kuba, dan bahkan grup hotel Starwood, minggu lalu diakuisisi Marriott International. Mereka membuka Hotel Sheraton di Havana Juni lalu. 

Kendati demikian, keputusan pemerintah AS tentang pemilihan duta besar tersebut, masih memerlukan konfirmasi Senat.

Kebijakan Obama ini kemungkinan bakal menghadapi penentangan keras di Kongres, di mana anggota parlemen Kuba-Amerika telah berusaha untuk menggalang dukungan lokal menentang kebijakan Obama.

Setiap senator bisa menempatkan diri dalam nominasi secara anonim. Namun, beberapa anggota parlemen dari Partai Republik menentang langkah Obama yang membangun hubungan dengan rezim komunis yang dipimpin Castro.

Salah satunya, Senator Florida Marco Rubio, seorang calon presiden AS keturunan Kuba-Amerika yang kalah dalam persaingan dengan Donald Trump, mengecam langkah Obama ini.

"Duta besar AS tidak akan berpengaruh dalam Pemerintahan Kuba yang diktator dan berbentuk rezim tertutup," ungkap Rubio dalam pernyataan tertulisnya.

"Nominasi ini tak akan berdampak hingga rezim Castro membuat kemajuan yang signifikan di bidang hak asasi manusia dan kebebasan politik bagi rakyat Kuba," tegas dia.

Lebih jauh, Rubio menuduh Obama gagal menghadapi kebijakan represif Kuba.

Bahkan, kantor kedutaan AS di Havana dinilai Rubio tak lebih dari agen perjalanan ketimbang menjalankan fungsi advokasi untuk kepentingan AS di Negeri itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com