NEW YORK, KOMPAS.com – Nadia Murad, perempuan Yazidi Irak dan mantan budak seks para penjahat Negara Islam di Irak dan Suriah diangkat menjadi duta besar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Murad menjadi duta besar untuk penghormatan penyintas perdagangan manusia, yang berada di bawah kantor Urusan Narkoba dan Kejahatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNODC).
Dua tahun lalu, Murad berhasil lolos dari sekapan ISIS setelah mendapatkan kartu identitas palsu, seperti dilaporkan kantor berita Agence France-Presse (AFP).
Gadis dari Irak utara itu kini memiliki pesan bagi para pemimpin dunia yang berusaha menghancurkan ISIS.
Perempuan berusia 23 tahun itu menyerukan agar para pemimpin ISIS ditangkap dan diadili karena telah melakukan genosida terhadap etnis minoritas Yazidi.
Di saat pemerintah Irak sedang mengobarkan perang melawan ISIS, yang ditandai perebutan kota Fallujah, Minggu (26/6/2016), PBB mendorong agar para korban ISIS mendapatkan keadilan.
Kini, perempuan dari komunitas minoritas di Irak itu, yang juga masuk dalam nominasi Penghargaan Nobel Perdamaian, menjadi Duta Besar PBB.
"Penunjukkan Murad menandai pertama kalinya seorang penyintas kejahatan diberikan penghargaan ini," kata PBB.
Murad disandera di Irak pada 2014 dan enam dari saudara laki-lakinya dibunuh. Perempuan berusia 23 tahun ini mengatakan kepada BBC bahwa dia juga mengalami kekerasan seksual dan fisik.
"Di bawah kekuasaan mereka, wanita yang ditangkap menjadi sasaran jika ketahuan berusaha kabur," kata Murad.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan