Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diktator Afrika Ini Disebut Pernah Praktikkan Kanibalisme

Kompas.com - 11/09/2016, 13:50 WIB

KOMPAS.com - Benua Afrika memang gudangnya kepala negara dengan masa jabatan yang panjang. Salah satunya adalah Teodoro Obiang Nguema (74), presiden Guinea Ekuatorial sejak 1979.

Dia berkuasa setelah menggulingkan pamannya sendiri Francisco Macias Nguema dalam sebuah kudeta militer pada Agustus 1979.

Hingga kini, Obiang Nguema adalah presiden dengan masa jabatan paling lama di Afrika dan seluruh dunia.

Seperti halnya banyak politisi yang terlalu lama berkuasa, maka cap diktator juga melekat pada diri Obiang Nguema.

Untuk mempertahankan kekuasaannya, Obiang Nguema diyakini tak segan membasmi para penentangnya. Dengan menggunakan tentara, Obiang Nguema diyakini melakukan penculikan, penyiksaan, penahanan dan pengancaman terhadap mereka yang dia anggap sebagai musuh.

Bahkan pada 2013, radio pemerintah Guinea Ekuatorial mengangkat Obiang sebagai "tuhan yang memiliki kekuatan atas seluruh manusia dan benda-benda".

Siaran radio itu bahkan menyebut sang presiden memiliki hak untuk membunuh siapapun tanpa harus takut masuk neraka di akhir hayatnya.

Pada 2008, seorang jurnalis AS Peter Maass menyebut Obiang sebagai diktator terburuk di Afrika, jauh lebih buruk dari Presiden Zimbabwe Robert Mugabe.

Sebenarnya kekejaman seperti apa yang dilakukan Obiang Nguema dengan kekuasaan yang ada di tangannya?

Beberapa orang yang pernah berurusan atau dekat dengan Obiang Nguema, mengatakan, diktator itu selain kejam juga diduga memiliki kecenderungan sebagai kanibal.

Salah satu yang membuat klaim itu adalah Severo Moto, seorang rival politik Obiang Nguema, saat diwawancarai oleh sebuah radio Spanyol pada 2004.

"Dia pernah 'menyantap' seorang komisaris polisi. Mengapa saya katakan demikian? Karena komisaris itu dimakamkan tanpa otak dan buah zakarnya," ujar Moto.

Severo Moto sendiri kini tinggal dalam pengasingan di Spanyol dan mendirikan pemerintahan tandingan di negeri bekas penjajah Guinea Ekuatorial itu.

Meski dikenal sebagai seorang diktator, menggulingkan Obiang Nguema lewat pemilu akan sangat sulit, karena dia selalu memenangkan pemilihan presiden dengna perolehan suara di atas 90 persen.

Apalagi, meski kecil Guinea Ekuatorial dikenal sebagai salah satu penghasil minyak bumi di Afrika. Lewat pendapatan dari minyak itulah Obiang memelihara lingkaran dekat kekuasaannya.

Selain itu, sejak 2003 Obiang mengendalikan penuh keuangan negara dengan alasan untuk mengurangi kemungkinan korupsi di antara para pegawai pemerintah.

Kini Obiang Nguema dikabarkan tengah menderita kanker prostat, meski kabar itu sulit dicari kebenarannya.

Satu hal yang pasti adalah Obiang Nguema sedang mempersiapkan putranya Teodoro Nguema Obiang Mangue (46) sebagai penerusnya.

Sebagai persiapan menuju tampuk kekuasaan, Obiang Mangue kini diberi jabatan wakil presiden untuk urusan keamanan dan pertahanan negara.

Guinea Ekuatorial adalah negeri kecil di pesisir barat Afrika Tengah dengan luas wilayah 28.000 kilometer persegi berpenduduk 1,2 juta jiwa.

Sejak 1990-an, negeri ini menjadi penghasil minyak terbesar di kawasan Sub-Sahara Afrika. Dengan jumlah penduduk yang kecil secara statistik negeri ini menjadi negara dengan pendapat per kapita tertinggi di Afrika.

Namun, hasil minyak itu tak terdistribusikan merata sehingga negeri ini hanya menduduki peringkat ke-144 Indeks Pembangunan Manusia PBB.

Selain itu PBB menyebut, kurang dari separuh warga negeri ini yang memiliki akses air bersih dan 20 persen bayi meninggal dunia sebelum mencapai usia lima tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com