Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Kanguru Terbesar Ditemukan di Australia

Kompas.com - 07/09/2016, 13:41 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com - Menemukan barang berharga di kawasan tambang sudah biasa. Menjadi kejadian langka jika berhasil menemukan tulang dari kangguru tertinggi di dunia.

Palaeontolog Australia kemungkinan besar telah berhasil menemukan spesies kangguru raksasa baru di Queensland Utara, Australia, seperti dilaporkan Australia Plus ABC. 

Sebuah tambang di bagian barat Mackay di Queensland Utara ini awalnya mendapat perhatian para palaeontolog tahun 2008 ketika pemilik awalnya menemukan tulang yang tidak biasa.

Sejak saat itu, dengan menggunakan palu, pahat dan sikat, palaeontolog menemukan sejumlah besar fosil yang diperkirakan berasal dari 30.000 tahun yang lalu.

Palaeontolog Scott Hocknull mengatakan, salah satu dari fosil ini bisa jadi berasal dari spesies baru kangguru.

"Berdasarkan ukuran tulang kakinya spesies itu mungkin memiliki tinggi dua setengah meter dan itu hanya dalam posisi istirahat, " kata Hocknull.

"Tapi kita harus terus menggali situs ini, dan pada akhirnya seiring berjalannya waktu kita akan mengetahui apakah spesies baru ini sah atau tidak,” kata dia.

"Namun yang pasti itu adalah kanguru tertinggi yang pernah ditemukan di manapun di planet ini"

Sejumlah pelajar mendapat kesempatan istimewa untuk membantu palaeontolog menggali situs ini pada Agustus ini.

Hocknull mengatakan, dinosaurus dibedakan dengan megafauna sebelum mereka ada sekitar 65 juta tahun yang lalu.

Sedangkan megafauna berkeliaran di kawasan tropis Queensland Utara antara 30.000-50.000 tahun yang lalu.

"Ini adalah hewan yang sangat besar dan menemukan tulang-tulang mereka dan melihat fosil yang nyata di dalam tanah adalah hal yang sangat mengagumkan bagi sebagian besar anak-anak,” kata Hocknull.

Dia juga mengatakan, “Saya merasakan seperti itu ketika saya melihat fosil untuk pertama kali dan itu membuat saya jatuh hati pada ilmu pengetahuan selama sisa hidup saya."

Buaya berperan penting dalam pelestarian fosil. Hocknull mengatakan, alasan fosil sangat terpelihara adalah karena buaya besar memangsa megafauna yang ada pada saat itu.

"Buaya hidup di sungai-sungai dan raksasa seperti megafauna - kanguru raksasa dan wombat - yang turun ke tepi untuk minum dan kemudian mereka disambar oleh buaya besar," katanya.

Menurut Hocknull, bagian-bagian yang tidak ditelan buaya berakhir menjadi deposit fosil.

"Kembali ke 30.000 tahun yang lalu disini kita mendapati mereka dalam bentuk fosil tanah liat dan tanah dari endapan sungai-sungai," katanya.

"Ini juga pertama kalinya di mana saja di Australia di mana kita memiliki megafauna tropis ini yang secara sistematis bisa digali dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.”

Menurut Hocknull, mengungkap fosil bisa menjadi proses yang sangat lambat dan proses yang membutuhkan kesabaran.

"Kami perlahan-lahan menyapu tanah liat mencari segala sesuatu karena kita tidak hanya menemukan tulang besar dari hewan, kita juga menemukan fosil tanaman, serangga ... [dan] moluska yang hidup di lingkungan tersebut," jelasnya.

Setelah fosil ditemukan mereka harus dibungkus dalam kantung plester dan akan dikirim ke Brisbane di mana mereka akan dibersihkan dengan alat pelubang kecil dokter gigi.

"Secara perlahan-lahan mereka akan membersihkan lumpur dari tulang fosil itu .. kemudian kita akan mendigitalkan seluruh fosil itu dan menempatkannya pada model 3D dan model itu akan membantu riset kita ini,” katanya.

Hocknull mengatakan bahwa mereka akan terus bekerja dengan BHP selama tiga sampai empat tahun ke depan untuk terus mengungkap lebih banyak tanah di kawasan tambang ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com