Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah 6 Krisis Pengungsi yang Diabaikan Dunia

Kompas.com - 04/09/2016, 17:07 WIB

KOMPAS.com - Saat ini mata dunia seolah terfokus pada gelombang pengungsi asal Timur Tengah dan Afrika Utara yang membanjiri negara-negara Eropa.

PBB menyebut, saat ini terdapat 65,3 juta pengungsi di seluruh dunia yang diakibatkan konflik bersenjata. Angka ini adalah yang terbesar sejak akhir Perang Dunia II.

Namun, tak semua krisis pengungsi mendapat perhatian dunia. Beberapa krisis bahkan seorang tenggelam dan terabaikan. Krisis pengungsi di mana sajakah itu?

1. Sudan Selatan

Konflik bersenjata di negeri termuda di dunia ini sempat menjadi berita utama di berbagai media internasional sejak Juli lalu, terutama terkait kekerasan terhadap para pekerja kemanusiaan.

Namun, ada konflik terlupakan di negeri itu yang sudah berlangsung puluhan tahun yaitu perang antarsuku yang sangat menghancurkan.

Akibatnya satu dari lima warga Sudan Selatan terpaksa meninggalkan kediaman mereka. Sebanyak 1,6 juta  menjadi pengungsi di dalam negeri sementara 800.000 orang lainnya tersebar di berbagai tempat.

"Saat ini sebagian besar pengungsi kabur ke Uganda menghindari berbagai jenis kekerasan, penyiksaan dan serangan dari militer," kata Kennedy Mabonga, direktur Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) di kawasan Tanduk Afrika.

NRC mencatat, setidaknya 1.500 orang meninggalkan Sudan Selatan menuju Uganda setiap hari. Angka ini sama dengan jumlah pengungsi yang masuk ke Eropa pada 2016.

Dan karena para pria terlibat dalam perang maka 87 persen pengungsi Sudan Selatan adalah perempuan dan anak-anak.

2. Yaman

Dari begitu banyak krisis yang terlupakan, konflik di Yaman semakin diperburuk dengna banyaknya pihak "berkepentingan" di negeri yang terletak di sisi selatan Jazirah Arabia itu.

Badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) memperkirakan 82 persen populasi negeri berpenduduk 21,2 juta jiwa itu kini berstatus membutuhkan bantuan kemanusiaan sesegera mungkin.

Meski belum berlangsung selama di Sudan Selatan, krisis di Yaman bukanlah barang baru. Warga negeri ini kerap harus kehilangan rumah akibat konflik sejak 2014 dan kini jumlah pengungsi mencapai 3,1 juta orang.

Hal yang luar biasa adalah, di tengah kesulitan mendapatkan makanan dan air bersih dan pertempuran yang semakin menggila, sebagian besar warga Yaman enggan meningglkan rumah mereka.

Hingga Juli tahun ini, hanya 179.661 warga Yaman yang mengungsi ke negara tetangga. Saat pertempuran meningkat, berbagai organisasi kemanusiaan mendirikan fasilitas penampungan di perbatasan, tetapi kerap tak ada pengungsi yang muncul.

"Warga Yaman melihat meninggalkan kediaman bukan pilihan. Warga Yaman melihat mereka harus terlibat dalam perang ini dan mereka sudah siap untuk mati," ujar Mabonga.

3. Krisis Rohingya

Etnis Rohingya, yang disebut sebagai kelompok minoritas paling tertindas di dunia, banyak tinggal di Myanmar dan Banglades.

Meski demikian kedua negara itu enggan memberikan status warga negara bagi etnis Rohingya.

Data terakhir menyebutkan sebanyak 512.466 orang Rohingya mengungsi ke negara-negara tetangga Myanma, sementara 644.000 telantar di dalam negeri.

Namun, jumlah terbesar tinggal di permukiman-permukiman tak resmi di Banglades. Di negeri ini, etnis Rohingya menjadi sasaran kekerasan, pelecehan dan pemerasan.

"Etnis Rohingya di Myanmar dan Banglades sama sekali tak terlindungi. Mereka kini berada dalam kondisi putus asa, dan hal ini sudah terjadi beberapa tahun," kata Richard Skretteberg, penasihat senior NRC.

4. Burundi

"Jika Sudan Selatan adalah krisis yang terlupakan, maka Burundi berada di dalam kegelapan. Tak ada yang membicarakan Burundi padahal situasinya sangat serius," kata Kennedy Mabonga, direktur regional Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) untuk Tanduk Afrika.

Krisis di negeri kecil tapi padat penduduk ini telah mengakibatkan 260.000 warga negeri itu mengungsi ke negara-negara tetangganya.

UNHCR bahkan telah mempersiapkan antisipasin untuk menampung hingga 330.000 pengungsi di akhir tahun ini.

Populasi negeri ini terbagi atas dua etnis utama yaitu Hutu dan Tutsi, yang seperti terjadi di Rwanda, juga terlibat masa lalu penuh darah termasuk genosida pada 1970-an dan 1990-an.

Sebagian besar pengungsi Burundi adalah perempuan dan anak-anak, sementara para pria tetap tinggal di desa untuk mempertahankan rumah dan harta benda mereka.

5. Amerika Tengah/Meksiko

PBB menyebut, jumlah orang yang kabur akibat kekerasan di negara-negara Amerika Tengah telah meningkat ke level yang jauh lebih tinggi dibanding saat krisis politik menerpa kawasan itu pada 1980-an.

Bagi dunia, jumlah pengungsi dari El Salvador, Honduras dan Guatemala ditambah Meksiko dan Kolombia terlihat sangat kecil.

Namun, angka yang kecil itu tetap saja berjumlah ratusan ribu orang yang terpaksa pergi karena lemahnya institusi negara dan akibat kekerasan terkait perdagangan narkoba.

Tahun lalu, sebuah laporan PBB mencatat sekitar 50.000 imigran gelap yang masuk ke AS dari Amerika Tengah adalah anak-anak dan dibutuhkan langkah tepat untuk melindungi para pengungsi itu.

6. Republik Afrika Tengah

Penasihat senior NRC Richard Skretteberg mengatakan, Republik Afrika Tengah adalah salah satu negara paling diabaikan di dunia selama beberapa dekade terakhir.

Meski memiliki lahan subur dan kandungan sumber daya alam yang kaya, tetapi negeri ini terus diguncang instabilitas dan kekerasan sejak merdeka dari jajahan Perancis pada 1960.

Negeri ini kembali jatuh dalam kekacauan pada 2013 saat kelompok milisi Muslim Seleka bentrok denan milisi bersenjata Anti-Balaka yang Kristen.

Meski memiliki wilayah cukup besar yaitu sekitar 623.000 kilometer persegi, negeri ini hanya berpenduduk 4,6 juta jiwa. Dan sepersepuluh dari seluruh penduduk yaitu 467.000 jiwa berstatus pengungsi di negara lain dan 380.000 lain menjadi pengungsi di dalam negeri.

Menurut indeks pembangunan PBB, Republik Afrika Tengah berada di urutan ke-187 dari 188 negara di dunia. Sehingga jika negeri ini kembali diabaikan maka kekerasan tak bisa dihindarkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com