Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boko Haram dan Darurat Kemanusiaan Timur Laut Nigeria...

Kompas.com - 19/08/2016, 07:00 WIB

MAIDUGURI, KOMPAS.com - Tujuh tahun perang melawan Boko Haram telah mengakibatkan Nigeria timur laut dalam keadaan darurat kemanusiaan.

Negara bagian Borno telah menanggung beban kekerasan dan sekarang merasakan akibat kekurangan pangan itu.

Lebih dari satu juta warga Nigeria melarikan diri ke Ibu Kota negara bagian Borno, Maiduguri, untuk menghindari serangan di desa-desa, pemboman bunuh diri, dan operasi militer yang dilakukan Boko Haram.

Banyak dari pengungsi tinggal di permukiman kumuh di mana mereka tidak mempunyai makanan dan air bersih.

Di banyak bagian kota, orang-orang tampak berada di ladang-ladang yang ditinggalkan, di gedung-gedung yang belum selesai dibangun, dan di bawah pohon-pohon.

Untuk bertahan hidup, banyak orang makan daun-daun yang mereka kumpulkan dari ladang. Kadang-kadang selama dua atau tiga hari mereka tidak makan.

Rebecca Smith, seorang perawat yang bekerja pada Doctors Without Bordes atau organisasi Dokter Tanpa Tapal Batas, menyaksikan beberapa penderita penyakit yang paling ekstrim di rumah sakit lapangan yang dikelola oleh organisasi itu.

"Mereka adalah anak-anak kekurangan gizi yang menderita gangguan pernapasan yang memerlukan terapi oksigen, dan transfusi darah. Mereka sangat menderita. Penyakit-penyakit lain yang banyak terdapat adalah campak, dan batuk rejan," tutur Rebecca.

Badan-badan bantuan telah memperingatkan kemungkinan terjadinya kelaparan di beberapa kawasan negara bagian Borno. Pertempuran antara pasukan pemerintah dan Boko Haram telah mencegah orang bertani dan menghentikan masuknya bantuan dari luar.

Di pasar- pasar lokal, harga bahan-bahan pokok meningkat karena kekurangan bahan makanan.

Pemerintah mendirikan kamp-kamp bagi pengungsi, tetapi tidak cukup bagi semua orang yang memerlukan tempat penampungan.

Sebagian warga Nigeria mengatakan distribusi makanan di kamp-kamp itu pun tidak adil.

Makkah Mustafa yang tinggal di sebuah gudang dengan puluhan keluarga lainnya, mengatakan, "Kami tidak tahu alasannya, tapi para petugas di kamp-kamp tidak membagikan makanan kepada semua orang. Ada yang mendapat bantuan pangan, Ada yang tidak."

Namun, kadang ada bantuan yang datang, meskipun lambat. Anak-anak berkumpul, menunggu truk yang mengangkut bantuan dari badan amal setempat.

Mereka menyanyikan lagu-lagu gembira dari masa bahagia. Tentu, para orangtua mereka berharap masa bahagia akan datang kembali...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com