Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telah Muncul Rasa Benci AS di Turki

Kompas.com - 10/08/2016, 08:50 WIB

ISTANBUL, KOMPAS.com – Pemerintah Turki di Ankara, Selasa (9/8/2016), mengancam membatalkan perjanjian tentang pendatang dengan Uni Eropa (UE).

Ankara juga memperingatkan akan peningkatan rasa benci kepada Amerika Serikat (AS) akibat ketiadaan kesetiakawanan dari Barat terkait upaya kudeta, pertengahan Juli lalu, seperti dilaporkan Reuters.

Pernyataan keras tersebut disampaikan sejumlah pejabat tinggi Turki di Ankara, di tengah kunjungan Presiden Tayyip Erdogan ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.

Sejak upaya kudeta, yang berakhir dengan kegagalan, pada 15 Juli, Turki melancarkan pembersihan besar-besaran dalam tubuh militer, lembaga negara, universitas, sekolah, serta media. Kebijakan itu dikecam Barat.

Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag menyatakan rasa benci kepada Amerika Serikat hanya bisa reda jika Washington memulangkan Fethullah Gulen, ulama Turki yang menetap di Pennsylvania, AS.

Gulen telah dituding sebagai dalam percobaan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Erdogan.

"Ada rasa tak suka AS yang besar di Turki bisa berubah menjadi kebencian. Semuanya di tangan AS untuk menghentikan hal ini," kata Bozdag kepada stasiun televisi Anadolu.

"Keputusan ekstradisi Gulen adalah hal politis. Jika tidak, makan Turki akan dijadikan korban untuk seorang teroris," kata dia kepada Reuters.

Dalam menanggapi permintaan ekstradisi itu, Washington menegaskan bahwa Ankara harus memberikan bukti kuat keterlibatan Gulen dalam percobaan kudeta tersebut.

Hubungan Amerika Serikat dengan Turki yang memburuk juga menular ke Uni Eropa. Beberapa negara anggota kelompok itu bereaksi keras atas pembersihan oleh Ankara atas para terduga pelaku upaya kudeta.

Denmark menyebut tindakan Erdogan tidak demokratis. Austria mengancam akan menghalangi masuknya Turki ke Uni Eropa jika negara tersebut kembali memberlakukan hukuman mati.

Dalam menanggapi hal tersebut, Menteri Urusan UE, Omar Celik pada Selasamengatakan, pihaknya akan berhenti menerapkan kesepakatan tentang pendatang dengan UE jika kelompok tersebut tidak memberi kejelasan kapan warga Turki dapat mengunjungi Eropa tanpa visa.

Dalam wawancara dengan televisi Haberturk, Celik menyatakan bahwa permintaan UE agar Turki mengubah undang-undang terorisme – yang  menjadi kunci masuknya Ankara ke dalam blok UE – justru  akan membahayakan keamanan benua tersebut.

Kesepakatan migran UE dengan Turki telah berhasil mengurangi jumlah pengungsi dan pendatang ke benua biru yang pada tahun lalu mencapai 1,3 juta orang.

Di tengah buruknya hubungan dengan UE dan AS, Turki berhasil mendapatkan sekutu baru di Rusia.

Pejabat tinggi Ankara menyebut pertemuan Erdogan dengan Putin pada Selasa (9/8/2016) berlangsung dengan "sangat positif."

Putin berharap hubungan kedua negara kembali normal setelah sempat tegang akibat penembakan jet tempur Rusia di perbatasan Suriah oleh Turki, November 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com