Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakyat Jepang Menanti Pidato Kaisar Akihito

Kompas.com - 08/08/2016, 13:36 WIB

Tim Redaksi

TOKYO, KOMPAS.com – Beberapa  pekan setelah berembus kabar bahwa Kaisar Akihito berniat turun takhta, Kaisar Jepang itu dijadwalkan berpidato kepada rakyat Jepang, Senin (8/8/2016) sore ini.

Harian Kompas, Senin (8/8/2016), melaporkan bahwa Badan Rumah Tangga Kekaisaran pada Minggu (7/8/2016) mengumumkan, pidato itu akan ditayangkan televisi Senin (8/8/2016) sore.

Lembaga penyiaran publik Jepan, NHK, bulan lalu mengabarkan, kaisar yang dicintai rakyatnya ini telah menyampaikan niatnya untuk turun takhta dalam beberapa tahun ke depan.

Badan Rumah Tangga Istana Jepang mengatakan, dalam pidato yang telah direkam sebelumnya, Akihito akan berbicara tentang tugasnya sebagai simbol negara, seperti yang tercantum dalam konstitusi.

"Kaisar akan menyampaikan perasaannya terkait tugasnya sebagai simbol negara," demikian juru bicara badan itu.

Akihito hampir pasti tak akan menyampaikan secara eksplisit keinginnya untuk turun takhta karena akan menyinggung prosedur politik dan hukum yang tak boleh dibicarakan oleh kaisar.

Menurut konstitusi yang disusun setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia II, kaisar adalah simbol negara tanpa ada pasal yang mengatur mundur dari jabatan.

Hal itu membuat peluang turun takhta sebagai isu yang rumit dan sangat sensitif di Jepang.

Akihito mewarisi takhta Seruni pada 1989 setelah ayahnya, Kaisar Hirohito, meninggal.

Sebagai kaisar, Akihito membawa keluarga kekaisaran lebih terbuka kepada publik.

Dia juga berkali-kali menegaskan sikapnya menghormati konstitusi pasifis Jepang dan berkomitmen pada status kaisar sebagai simbol negara dan pemersatu rakyat, bukan sebagai penguasa.

Meski adanya kabar niat untuk turun takhta cukup mengejutkan, sebagian besar rakyat Jepang bisa menerima dengan alasan kaisar berusia 82 tahun ini membutuhkan istirahat.

Menghapus larangan turun takhta juga dinilai bisa semakin mendekatkan kekaisaran dengan rakyat.

"Perubahan itu akan merefleksikan realitas masyarakat Jepang," ujar Robert Campbell, profesor ahli sejarah dan budaya Jepang dari Universitas Tokyo.

Menurut survei yang dilakukan kantor berita Kyodo bulan ini, hampir 90 persen responden mengatakan Akihito mendapat tugas terlalu banyak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com