Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituduh Jadi Mata-mata CIA, Ilmuwan Nuklir Iran Dieksekusi

Kompas.com - 08/08/2016, 11:20 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com - Pemerintah Iran mengeksekusi seorang ilmuwan nuklir negeri itu yang dituduh menjadi mata-mata AS. Demikian seorang pejabat Iran mengatakan, Minggu (7/8/2016).

Shahram Amiri pergi ke AS di puncak upaya Barat menggagalkan program nuklir Iran. Saat dia kembali ke Iran pada 2010, para pejabat negara menyambutnya bak seorang pahlawan perang.

Dia disambut karangan bunga bahkan dia menjadi narasumber berbagai acara bincang-bincang di negeri itu, bahkan sebuah film tentang kehidupannya sudah direncanakan. Setelah semua itu, Shahram secara misterius menghilang.

Shahram Amiri pertama kali menghilang pada 2009 lalu tiba-tiba muncul di Tucson, Arizona, AS. Dia kemudian muncul kembali dalam serangkaian video yang direkam di AS.

Setelah itu dia kemudian mendatangi kedutaan besar Pakistan di Washington DC, AS, khususnya bagian urusan Iran, dan meminta agar dipulangkan ke Teheran.

Dalam sejumlah wawancara di televisi Iran, Shahram mengklaim dia diculik beberapa agen asing. Sementara itu, para pejabat AS mengatakan Shahram mendapatkan uang jutaan dolar untuk informasi tentang program nuklir Iran.

Dalam sejumlah wawancara kala itu, Shahram mengatakan, dia diinterogasi banyak agen asing termasuk agen Israel .

Dia juga mengatakan CIA menawarkan uang sebesar 50 juta dolar agar dia bersedia menetap di Amerika Serikat.

Kasus Shahram Amiri ini juga menjadi pembicaraan hangat di AS tahun lalu berbaringan dengaran rilis email Kemenlu yang dikirim dan diterima Hillary Clinton.

Sebuah email yang di-forward ke Hillary berasal dari seorang penasihat senior, Jake Sullivan tertanggal 5 Juli 2010, sembilan hari sebelum Shahram Amriri pulang ke Teheran.

"Kita mendapatkan sebuah masalah diplomatik, masalah "psikologis", bukan masalah legal. Teman kita harus diizinkan pergi," demikian isi surat dari Richard Morningstar, mantan utusan Kemenlu AS untuk urusan energi Eurasia.

"Lagipula teman kita ini tak bisa berbuat apapun. Jika dia ingin pergi, biarkan saja," tambah Morningstar

Meski email ini tidak menyebutkan nama "teman" itu tetapi diasumsikan orang yang menjadi pokok pembicaraan adalah Shahram Amiri.

Sebuah surat elektronik lain dikirim Jake Sullivan pada 12 Juli 2010, juga diyakini merujuk pada Shahram, beberapa saat sebelum dia muncul di Kedubes Pakistan di Washington DC.

"Pria ini...mendatangi bagian urusan negaranya karena dia tak senang dengan waktu yang terbuang untuk memfasilitasi kepergiannya. Ini bisa menimbulkan sebuah berita diplomatik dalam 24 jam mendatang," ujar Sullivan.

Digantung

Juru bicara pemerintah Iran, Gholamhosein Mohseni Ejehi mengatakan, Shahram memiliki akses ke informasi paling rahasia negeri itu dan terkait dengan musuk Iran nomor satu yaitu Amerika Serikat.

Ejehi menambahkan, Amiri sudah diadili dan dijatuhi hukuman mati yang kemudian dikukuhkan pengadilan banding. Namun, Ejehi tidak menjelaskan alasan pemerintah Iran tidak memublikasikan tuduhan kepada Shahram.

Kabar tentang Shahram Amiri, ilmuwan kelahiran 1977 itu, sangat sedikit sejak dia kembali ke negerinya.

Tahun lalu, ayah Shahram kepada BBC Persia mengatakan, putranya ditahan di sebuah lokasi rahasia.

Pada Selasa pekan lalu, Iran mengumumkan telah mengeksekusi sejumlah pelaku kriminal, yang sebagian besar adalah anggota militan Kurdi.

Setelah kabar eksekusi itu, beredar obituari Shahram di kota kelahirannya Kermanshah, 500 kilometer baratdaya Teheran, seperti dikabarkan harian Shargh.

Stasiun televisi swasta di London yang dikelola kelompok pendukung Shah Iran yang digulingkan, Manoto, pada akhir pekan lalu mengabarkan Shahram telah dieksekusi.

Laporan BBC Farsi juga menyebutkan, ibu kandung Shahram mengatakan, di leher putranya terdapat bekas jeratan yang menguatkan dugaan pria itu menjalani hukuman gantung.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Arabiya
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com