Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budak Seks Suriah Dipaksa Layani 10 Laki-laki Per Hari

Kompas.com - 02/08/2016, 22:23 WIB

LEBANON, KOMPAS.com – Kekerasan dialami oleh 75 perempuan Suriah yang terjebak dalam rantai perdagangan seks terbesar yang pernah ditemukan di Lebanon.

Menurut situs berita The Independent, Selasa (2/8/2016), puluhan perempuan disiksa, termasuk ditelentangkan di meja untuk disiksa, seperti hendak disalibkan.

Para perempuan Suriah yang terjebak dalam rantai perbudakan seks menggambarkan bagaimana mereka disiksa dan dilecehkan di lingkaran tersebut.

Wanita-wanita itu diseterum dengan listrik dan dipaksa untuk melakukan hubungan seksual paling sedikit dengan 10 laki-laki hidung belang dalam sehari.

Aktivis Human Rights Watch (HRW) menemukan bagaimana para wanita itu dibujuk rayu untuk berangkat ke Lebanon. Mereka dinjanjikan akan dikawini dan diberi pekerjaan.

Dalam kenyataannya, setiba di Lebanon para perempuan itu malah dipaksa melacur, dijebloskan ke dalam kerangkeng agar tidak kabur, dan secara teratur disiksa.

Salah satu perempuan di antaranya, Rama (24), menjelaskan kepada The Guardian bagaimana dia tertipu oleh jaringan perbudakan seksual.

Bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe di Suriah, ia kemudian dibujuk ke Lebanon oleh seorang pria yang menjanjikan sebagai pramusaji di restoran dan diupah 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 13 jtua per bulan.

Joseph Eid/AFP Meja yang dijadikan tempat penyiksaan Hotel Chez Maurice, Lebanon. Cemeti digunakan oleh pedangan manusia untuk menyiksa para wanita budak seks. Foto diambil di Beirut pada 14 April 2016,

Sesampai di Lebanon, Rama malah dipaksa menjadi pelacur oleh pria yang membawanya. Pria itu adalah bagian dari komplotan pedagang manusia.

Rama bersama sejumlah perempuan lagi berhasil dibebaskan oleh polisi Lebanon setelah kabur dari tempat penampungan.

Rama bertahan sembilan bulan dalam perbudakan seksual di hotel Chez Maurice, tempat Rama dan wanita lain dipenjara dan tidak pernah melihat sinar matahari.

Hotel tersebut terdapat di distrik Maameltein, kota tepi pantai Jounieh, utara Beirut, ibu kota Lebanon.

"Kami tidur di tempat kami bekerja dan kami tidak bisa keluar, bahkan tidak melihat cahaya matahari," kata Rama.

"Jendela dicat hitam. Kami tidak bisa melihat cahaya, atau menghirup udara di luar. "

Rama menambahkan, "Ini bukan berarti bahwa pria itu membuat kami merasa seperti budak, tetapi  kami adalah budak yang sesungguhnya."

Rantai perdagangan seks terbesar di Lebanon itu terbongkar setelah Rama dan perempuan lainnya melarikan diri dan kemudian diamankan polisi.

Polisi kini menyelidiki bagaimana mungkin jaringan terkutuk itu tetap aman dan tidak terdeteksi selama empat tahun.

"Fakta bahwa perdagangan di Chez Maurice terungkap berulang kali selama bertahun-tahun. Kami mempertanyakan efektivitas respon dari pihak berwenang," kata Skye Wheeler, peneliti hak perempuan di Human Rights Watch.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com