Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Buruknya Kondisi di Dalam Penjara Filipina

Kompas.com - 01/08/2016, 11:15 WIB


Masalah ini, kata Simbulan, berakas dari sistem hukum yang rusak. Kepadatan penjara ini berawal dari macet dan lambannya proses persidangan.

Lambannya proses hukum di Filipina tak hanya disebabkan minimya ruang sidang juga karena terbatasnya jumlah hakim dan jaksa.

Alhasil, dalam setahun hanya digelar dua atau tiga persidangan sehingga banyak tahanan harus menunggu bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun untuk disidangkan.

"Membebaskan para tahanan ini dengan uang jaminan juga bukan opsi yang baik karena sebagian besar tahanan di Filipina adalah orang miskin," kaa Phelim Kine, wakil direktur Human Right Watch (HRW) Asia.

"Dan misalnya mereka bisa membayar uang jaminan, sebagian besar dari mereka adalah tahanan kasus narkotika yang tak bisa dibebaskan dengan uang jaminan," tambah Kine.

Sebanyak 90 persen penghuni lapas di Filipina sedang menunggu atau tengah menjalani sidang, demikian data dari Biro Manajemen Penjara dan Pemasyarakatan Filipina.

"Angka ini Filipina adalah negara Asia Tenggara tertinggi dalam hal jumlah tahanan yang menanti persidangan," tambah Kine.

Sebagai contoh, Mario Dimaculangan yang sudah ditahan di Lapas Quezon City sejak 2001, sejak didakwa membunuh kerabat seorang politisi. Dia hanya menjalani satu sidang setiap tahun.

Masalah bagi para narapidana ini tak berhenti di dalam lapas, saat mereka dibebaskan bahkan dengan status tak bersalah, mereka akan menghadapi kesulitan lain.

Para mantan narapidana ini akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan setelah bebas karena stigma buruk yang mereka sandang sebagai bekas "penjahat".

Sementara, untuk melamar pekerjaan mereka harus mendapatkan surat rekomendasi dari kepolisian dan biro investigasi nasional.

"Hal ini menjadi kendala utaa bagi mereka untuk mendapatka pekerjaan layak dengan gaji memadai," ujar Simbulan.

Sebagian besar akhirnya memilih bekerja di jalur informal dan tak sedikit yang kembali ke dunia hitam.

Hal yang dikhawatirka adalah perang melawan kejahatan yang dikobarkan Presiden Rodrigo Duterte akan memperburuk masalah lembaga pemasyarakatan ini.

Sejak berkuasa akhir Juni lalu, sedikitnya 300 orang yang diduga terlibat kejahatan narkotika tewas ditembak polisi.

Alhasil, ribuan pengedar dan pengguna narkotika di Filipina menyerahkan diri agar tak dibunuh.

Ribuan orang ini akhirnya akan dimasukkan ke penjara-penjara Filipina yang sangat buruk dan sudah sangat kelebihan populasi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com