Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergumulan Suku Aborigin Tinggalkan Rokok dan Alkohol

Kompas.com - 27/07/2016, 22:49 WIB
Caroline Damanik

Penulis

Hayden Rickard, Koordinator Regional Tobacco Miwatj Health mengatakan bahwa persoalan rokok merupakan buntut dari perkenalan suku Yolngu dan pelaut dari Makassar.

Awalnya, para tetua suku Yolngu merokok dalam setiap upacara adat. Namun, mengisap tembakau kemudian dilakukan di luar keperluan adat hingga menjadi candu.

“Banyak penyakit muncul di dalam komunitas dalam waktu yang sangat lama sejak tembakau diperkenalkan oleh para pelaut Makassar. Banyak suku Yolngu yang kecanduan rokok, terutama para orang tua,” kata Hayden.

Seiring perkembangan zaman dan kedatangan para misionaris ke Tanah Arnhem, suku Yolngu menerima pemahaman bahwa merokok itu berbahaya. Namun, lanjut Hayden, karena rokok masih kerap dipakai dalam berbagai ritual tradisi, memberikan pemahaman bahwa merokok itu berbahaya masih terasa sulit hingga kini.

“Kebiasaan merokok di sini sudah menjadi candu. Ada kasus satu keluarga merokok bersama-sama,” kata Hayden.

“Selain itu, sering anak-anak merokok bersama-sama, mereka berbagi rokok dan itu menjadi perhatian kami kepada mereka bahwa itu perilaku yang tidak bisa diterima,” tambahnya.

Lucas de Toca, ‎Chief Health Officer Miwatj Health Aboriginal Corporation, mengatakan, munculnya kebiasaan merokok pada anak-anak suku Yolngu menjadi masalah besar yang dihadapi saat ini. Persoalan ini tak lepas dari pemahaman bahwa mengisap tembakau merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam ritual adat.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Lucas de Toca, ?Chief Health Officer Miwatj Health Aboriginal Corporation.
“Tugas kami adalah menyatakan bahwa tembakau berbahaya dan bukanlah bagian dari kehidupan yang normal dan berusaha memisahkan budaya tradisional yang menggunakan tembakau dengan hidup sehari-hari,” ucap Lucas.

“Seperti Anda tahu, daerah ini memiliki sejarah panjang dengan pelaut Makassar dan keduanya memiliki hubungan yang sangat baik dan saling memengaruhi. Tembakau juga salah satunya yang diperkenalkan oleh pelaut dari Makassar dan ini menjadi bagian yang penting dalam upacara adat dan mereka biasanya merokok saat para pelaut Makassar hendak kembali ke daerah asalnya," kata Lucas.

Namun, kebiasaan itu kini menjadi masalah yang problematik. "Sekarang tembakau malah dipakai untuk merokok sepanjang waktu. Jadi tim fokus pada memberi pemahaman bagaimana memisahkan ini sebagai bagian dari tradisi dan fakta bahwa tembakau itu berbahaya,” kata Lucas.

Sementara itu, menurut Hayden Rickard, Miwatj mencatat, 80 persen dari sekitar 3.000 penduduk Yolngu di Nhulunbuy berada dalam jerat tembakau.  Meski perlahan, lanjutnya, jumlah pengguna rokok menurun.

Banyak laki-laki dan perempuan ikut dalam program pendampingan yang dilakukan Miwatj untuk berhenti merokok.

Program edukasi juga menyasar ke sekolah-sekolah melalui Outreach Team. Tak hanya memberi edukasi terkait kesehatan pria, anak-anak, perempuan, perawatan menyeluruh dan penyakit kronik, tim dari Miwatj ini juga berkeliling ke Nhulunbuy dan sekitarnya untuk menjangkau anak-anak suku Yolngu.

Seperti yang dilakukan Cynthia Anderson, Child and Family Health Nurse dari Yirrkala Clinic yang berkunjung ke salah satu sekolah di Yirrkala untuk memeriksa kesehatan bocah Catherine dan memberikan vitamin.

“Anak perempuan saya tidak harus datang ke klinik untuk mencari tahu apa ada yang sakit. Saya sangat senang ada tim yang datang, menanyakan keadaan kami dan anak-anak kami,” ungkap Bruce, ayah Catherine.

Berbagai upaya itu diharapkan mampu memberikan edukasi kepada warga Aborigin bahwa minuman keras dan rokok bukanlah cara sehat untuk lari dari rasa kesepian. Pendampingan dari lembaga-lembaga yang kompeten di bidangnya pada akhirnya sangat diharapkan, demi terciptanya generasi Aborigin yang bebas dari Alkohol dan tembakau.

 

(Tulisan ini merupkan bagian dari program "Jelajah Australia 2016". Kompas.com telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Di luar tulisan ini, masih ada artikel menarik lainnya yang telah disiapkan terbit pada Juli hingga akhir Agustus 2016. Anda bisa mengikuti artikel lainnya di Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016".)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com