Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergumulan Suku Aborigin Tinggalkan Rokok dan Alkohol

Kompas.com - 27/07/2016, 22:49 WIB
Caroline Damanik

Penulis

GOVE, KOMPAS.com – Seorang perempuan baya berdiri di tengah jalan beraspal di pusat kota Nhulunbuy, Semenanjung Gove, Arnhem Land, Northern Territory, Australia, malam itu.

Matanya setengah tertutup, tangannya terjuntai ke bawah. Jalannya sempoyongan, kadang maju mundur, kadang ke kiri dan ke kanan. Bibirnya meracau tak jelas.

Saat ada mobil yang hendak melintas menuju ke arahnya, tiba-tiba dia membuka tangannya lebar-lebar seperti bermaksud menghalangi mobil tersebut lewat. Dia lalu akan menunjuk-nunjuk orang yang ada di dalam mobil sambil kembali meracau.

Tak ingin cari masalah, paling tidak ada dua mobil yang sudah putar balik menjauh dari perempuan yang mabuk itu. Malam itu, sudah lepas pukul 21.00 waktu setempat.

***

Donald Marawili, Miwatj Men Health Staff, mengatakan bahwa alkohol menjadi salah satu persoalan pelik di dalam komunitas suku Yolngu, penduduk Aborigin yang tinggal di Arnhem Land, terutama kaum lelaki di Nhulunbuy dan sekitarnya.

Lalu, meski tak terlalu banyak, ada juga warga perempuan yang terjerat persoalan serupa. Donald, lanjutnya, kerap menerima laporan dan mendampingi warga yang mengalami masalah kesehatan serius karena kebanyakan menenggak alkohol.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Donald Marawili, Miwatj Men Health Staff, di depan Yirrkala Clinic, Yirrkala, Semenanjung Gove, Arnhem Land, Northern Territory, Australia.
“Di Nhulunbuy, kami menghadapi persoalan kebiasaan minum alkohol. Sebagian orang, terutama laki-laki, sakit lalu datang ke rumah sakit, mencari pengobatan. Kadang-kadang seseorang bahkan perlu pergi ke Darwin, bertemu dengan dokter spesialis, dirawat di rumah sakit dan kami harus membantu memberi tahu keluarga mereka bahwa dia sangat sakit,” tuturnya saat ditemui di kantor Miwatj di Nhulunbuy.

Lari dari kesepian

Untuk menekan angka ketergantungan warga Yolngu terhadap alkohol, Donald mengatakan, Miwatj kerap memberikan edukasi kepada warga untuk mengurangi kebiasaan pergi ke bar atau pub dan menenggak alkohol.

Para pecandu alkohol ini tak sekadar dilarang tetapi dibantu dengan cara didampingi untuk mengurangi kebiasaan minum minuman keras. Mereka diajak untuk tidak langsung berhenti, tetapi mengurangi kebiasaan itu secara perlahan.

 “Mereka biasanya terlalu banyak pergi ke pub dan minum 2-3 kaleng alkohol di situ. Kami mendorong mereka untuk tidak minum terlalu banyak dan tidak meminumnya setiap hari. Mungkin hanya sekali-sekali saja, setiap Jumat atau malam Minggu, misalnya. Jadi tidak setiap hari,” ungkapnya kemudian.

Menurut Donald, para laki-laki dan perempuan Yolngu ini kebanyakan lari ke alkohol karena merasa kesepian, lalu depresi. Namun ada juga yang terbiasa minum alkohol karena sedang memiliki banyak uang.

“Kadang-kadang mereka merasa kesepian lalu minum alkohol karena tidak punya teman. Mereka pergi ke pub untuk mencari teman. Kadang mereka pergi ke pub karena mereka hanya ingin menikmati minum-minum, butuh kesenangan dan bertemu teman baru,” tuturnya.

Bagi mereka yang sedang memiliki uang, biasanya baru berhenti minum alkohol atau merokok dan berjudi sampai uang yang ada di kantong mereka habis.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com