Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISIS Klaim Dalangi Bom Bunuh Diri di Kabul

Kompas.com - 24/07/2016, 06:01 WIB

KABUL, KOMPAS.com - Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim mendalangi ledakan bom kembar dalam sebuah aksi unjuk rasa yang digelar warga Syiah Hazara di Kabul, Afganistan, Sabtu (23/7/2016).

Serangan bom yang menewaskan 80 orang dan melukai 231 orang lainnya itu merupakan sebuah aksi paling mematikan di ibu kota Afganistan itu sejak 2001.

Pengeboman di tengah unjuk rasa soal pasokan listrik itu juga sekaligus menandai serangan besar ISIS pertama di Kabul.

Aksi ini nampaknya ditujukan untuk menghancurkan hubungan umat Sunni dan Syiah yang selama ini sangat harmonis di negeri itu.

Puluhan jasad bergelimpangan bersama potongan tubuh terlihat di lokasi ledakan, sementara ambulans berupaya mencapai lokasi yang sudah semalaman diblokir pemerintah untuk mengendalikan unjuk rasa.

"Serangan ini dilakukan tiga orang pelaku bom bunuh diri. Pelaku ketiga ditembak mati aparat keamanan sebelum beraksi," demikian Kementerian Dalam Negeri Afganistan.

Ratusan korban luka yang memenuhi rumah-rumah sakit di Kabul dengan segera mengakibatkan kekurangan persediaan darah.

Sehingga, permintaan untuk sumbangan darah langsung beredar lewat media sosial.

Kelompok Taliban, yang tengah melancarkan serangan musim panas tahunan dan lebih kuat dari ISIS, langsung membantah keterlibatannya dalam tragedi itu.

Sedangkan ISIS langsung mengklaim aksi tersebut yang disampaikan kantor berita Amaq, yang berafiliasi dengan kelompok itu.

"Dua pejuang Negara Islam meledakkan diri di sebuah kerumunan Syiah di Kabul," demikian Amaq.

Dinas intelijen Afganistan, Direktorat Keamana Nasional (NDS) mengatakan, serangan tersebut didalangi Abu Ali, seorang komandan ISIS asal distrik Achin, provinsi Nangarhar.

Warga Syiah Hazara itu melakukan unjuk rasa untuk menuntut agar jaringan listrik bernilai jutaan dolar AS yang sedang dibangun melintasi provinsi Bamuyan, salah satu kawasan termiskin di Afganistan.

Jaringan listrik berkapasitas 500 kilovolt, yang menyambungkan negara-negara Asia Tengah seperti Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, Afganistan dan Pakistan, awalnya direncanakan melintasi Bamiyan.

Namun, pemerintah kemudian mengalihkan jalur listrik itu melalui kawasan pegunungan Salang di sebelah utara Kabul dengan alasan rute yang lebih pendek akan mempercepat pekerjaan dan menghemat jutaan dolar.

Langkah ini kemudian dianggap para pemimpin etnis Hazara sebagai diskriminasi terhadap komunitas mereka yang sudah lama menderita penindasan.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com