Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 9 TKI Lolos dari Aleppo: Perjalanan Mencekam, Nyawa Taruhan

Kompas.com - 19/07/2016, 08:43 WIB
Pascal S Bin Saju

Penulis

DAMASKUS, KOMPAS.com – Sembilan warga negara Indonesia berani bertaruh nyawa agar bisa keluar dari Aleppo, Suriah utara, yang terkepung perang dan terancam kelaparan hebat.

Setelah melewati perjalanan selama 10 jam penuh ancaman, baik penculikan maupun pembunuhan,  mereka akhirnya lolos mencapai zona aman di Damaskus, ibu kota Suriah, Senin (18/7/2016).

Kesembilan tenaga kerja Indonesia itu melewati jalan rusak, jalan yang tidak biasa dilalui, dengan melewati puluhan pos pemeriksaan (check point) militer Suriah yang super ketat.

Jika melewati rute normal, jarak antara Aleppo dan Damaskus adalah sekitar 362 km. Namun, para TKI harus melewati rute tidak biasa yang jaraknya tentu saja lebih jauh dari jarak rute normal.

Kedutaan Besar RI di Damaskus menerima kedatangan sembilan tenaga kerja Indonesia itu, yang didamping pengacara  asal Suriah, dengan suka cita dan lapang dada.

“Kita jelas masih mempunyai kepentingan perlindungan WNI di wilayah Aleppo,” kata AM Sidqi, pejabat Konsuler dan Pensosbus KBRI Damaskus lewat layanan pesan Whatsapp-nya.

“Masih banyak TKI yang terjebak di wilayah konflik Aleppo. KBRI Damaskus masih terus berjuang untuk bisa memulangkan seluruh WNI dari Suriah ini,” kata Sidqi.

Aleppo adalah ibu kota Provinsi Aleppo, Suriah utara. Kota ini jua dikenal sebagai kota kedua terbesar di Suriah setelah Damaskus, ibu kota Suriah, yang kini hancur lebur akibat konflik.

Menurut Sidqi, pemerintah Presiden Bashar al-Assad hanya menguasai sekitar 25 persen wilayah kota Aleppo. Selebihnya dikuasai oposisi dan di bagian lain juga dikuasai kelompok radikal.

Sebelum konflik, puluhan perwakilan asing membuka kantor di Aleppo. Kini hanya KBRI Damaskus, satu-satunya kedutaan yang masih membuka kantor cabang konsulernya di wilayah konflik Aleppo.

Keberhasilan sembilan TKI keluar dari kota terkepung itu karena perjuangan keras dan ini merupakan taruhan yang tak terhingga nilainya.

Kedatangan mereka ke Damaskus dilakukan setelah selesai diperjuangkan hak-haknya oleh pengacara retainer dan petugas konsuler KBRI Damaskus cabang Aleppo.

“Kami menempuh 10 jam perjalanan dari Aleppo ke Damaskus,” kata Muhammad Akra, pengacara retainer KBRI Damaskus yang mendampingi perjalanan, sebagaimana disampaikan Sidqi.

“Jalanan rusak parah dan memutar jauh menghindari wilayah bahaya,” tambah Akra.

Sidqi mengatakan, di Suriah saat ini sedang musim panas. Pada Senin (18/7/2016), suhu udara mencapai 40 derajat Celcius.

Menurut Aqra, seperti disampaikan Sidqi,  perjalanan dari Aleppo ke Damaskus penuh tantangan dengan nyawa taruhannya.  

Para TKI yang didampingi Akra harus melewati puluhan pos pemeriksaan militer yang super ketat.

Tampaknya karena relasi Suriah dan Indonesia sangat baik, militer melewatkan sembilan TKI itu tanpa harus dengan pemeriksaan yang ruwet.

Koper barang bawaan TKI tak diperiksa. “Kalau harus membuka semua koper, dua hari perjalanan belum cukup untuk bisa tiba di Damaskus,” tambah Akra.

                                                                

Pensosbud KBRI Damaskus Daftar nama WNI/TKI yang lolos dari Aleppo dan tiba di Damaskus, ibu kota Suriah, Senin (18/7/2016)

Pengacara asal Aleppo itu mengisahkan, kota Aleppo dalam seminggu terakhir babak belur oleh hujan mortir dari kubu oposisi. Air dan listrik adalah barang langka.

 “Saya kira tadinya kami tidak akan selamat tiba di Damaskus,” kata Sema bt Kusan Sunip, TKI yang sudah 5 tahun bekerja di Aleppo dengan membawa seluruh hak-haknya.

Nyawa adalah taruhan.  “Di perjalanan mencekam sekali. Semua orang ketakutan,” tambah Sunip.

“Alhamdulillah akhirnya saya dan teman-teman sampai dengan selamat di Damaskus,” tambah Enday bt Tarwan, salah satu TKI Aleppo, yang telah 6 tahun terjebak di wilayah konflik Aleppo.

Dari berbagai sumber yang dihimpun Kompas.com, diperoleh keterangan bahwa situasi di Aleppo saat ini sangat mencekam.

Kota tersebut  sedang terkepung dari berbagai sisi oleh pasukan pemerintah, oposisi, dan kelompok radikal. Kelompok radikal itu adalah Front al-Nusra dan Jablat al-Nusra.

Dalam perkembangan terbaru, media Inggris The Independent melaporkan, 300.000 orang terancam mati kelaparan setelah pasukan loyalis Assad menguasai jalan Casstelo, urat nadi utama ke Aleppo.

Distribusi logistik, yakni obat makanan, merosot drastis. Petugas bantuan kemanusiaan juga sulit mencapai Aleppo, kota terbesar kedua setelah Damaskus, ibu kota Suriah.

Jalan Castello merupakan urat nadi, yang tidak saja digunakan oleh pasukan oposisi, tetapi juga para pedagang barang sembilan bahan pokok atau sembako.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com