Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Truk Maut Membuat Warga Muslim Kota Nice Kena Getahnya

Kompas.com - 18/07/2016, 11:26 WIB

NICE, KOMPAS.com - Umat muslim kota Nice, Perancis merasa gerah karena tragedi truk maut yang menewaskan 84 orang, termasuk 10 anak-anak, di Hari Bastille terus dikaitkan dengan warga Muslim setempat.

"Saya yakin begitu tragedi itu terjadi mereka langsung menuduh umat Islam di belakang kejadian itu, lama-lama kami terbiasa dengan tudingan itu, kami tak berharap perlakukan lain dari pemerintah," kata Rachid, seorang pemuda Muslim kota Nice.

Kawan-kawan Rachid, yang berusia antara 18-23 tahun itu, membenarkan pendapat pemuda tersebut.

Di sisi lain, para pemuda ini tak membenarkan perbuatan Mohamed  Lahouaiej Bouhlel yang menabrakkan truk berbobot 19 ton ke kerumunan orang.

"Apa yang dia lakukan sangat buruk. Hanya saja media, polisi dan masyarakat mengatakan dia melakukan perbuatannya karena dia adalah Muslim," ujar Rachid sambil mengangkat tangannya ke udara.

"Dia (pelaku) bukan Muslim yang taat, dia melakukan perbuatannya karena memiliki masalah, dia melakukannya bukan karena dia Muslim," dia menegaskan.

Yusuf, salah satu rekan Rachid, kemudian ikut angkat bicara.

"Apakah kau tahu, pelaku berlatih dua hari sebelum melakukan serangan? Saya mendengarnya dari berita. Itu menunjukkan dia begitu profesional," ujar Yusuf.

Dia mengatakan, kabar itu menunjukkan bahwa pelaku memang sudah merencanakan perbuatannya.

"Tapi hal itu tidak membuktikan dia adalah teroris atau pengikut ISIS," tambah Yusuf.

Mohamed Lahouaiej Bouhlel (31), mantan sopir pribadi dan kurir itu, menyewa truk pendingin makanan pada 11 Juli.

Dua hari setelah menyewa truk itu, rekaman CCTV memperlihatkan dia mengendarai truk tersebut di Promenade des Anglais, lokasi dia melakukan serangan.

Sementara itu, Boubekir Bakri, seorang imam masjid di wilayah utara Nice, mengatakan dia sudah mengkhawatirkan penyebaran radikalisme Islam sejak enam tahun lalu.

Pada Desember 2014, Bakri menggalang pertemuan yang bertempat di masjidnya antara pejabat pemerintah dan para ulama untuk menghadapi fenomena itu.

Tiga pekan setelah pertemuan tersebut, terjadi serangan di kantor majalah Charlie Hebdo dan sebuah toko Yahudi di Paris.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com