NICE, KOMPAS.com - Umat muslim kota Nice, Perancis merasa gerah karena tragedi truk maut yang menewaskan 84 orang, termasuk 10 anak-anak, di Hari Bastille terus dikaitkan dengan warga Muslim setempat.
"Saya yakin begitu tragedi itu terjadi mereka langsung menuduh umat Islam di belakang kejadian itu, lama-lama kami terbiasa dengan tudingan itu, kami tak berharap perlakukan lain dari pemerintah," kata Rachid, seorang pemuda Muslim kota Nice.
Kawan-kawan Rachid, yang berusia antara 18-23 tahun itu, membenarkan pendapat pemuda tersebut.
Di sisi lain, para pemuda ini tak membenarkan perbuatan Mohamed Lahouaiej Bouhlel yang menabrakkan truk berbobot 19 ton ke kerumunan orang.
"Apa yang dia lakukan sangat buruk. Hanya saja media, polisi dan masyarakat mengatakan dia melakukan perbuatannya karena dia adalah Muslim," ujar Rachid sambil mengangkat tangannya ke udara.
"Dia (pelaku) bukan Muslim yang taat, dia melakukan perbuatannya karena memiliki masalah, dia melakukannya bukan karena dia Muslim," dia menegaskan.
Yusuf, salah satu rekan Rachid, kemudian ikut angkat bicara.
"Apakah kau tahu, pelaku berlatih dua hari sebelum melakukan serangan? Saya mendengarnya dari berita. Itu menunjukkan dia begitu profesional," ujar Yusuf.
Dia mengatakan, kabar itu menunjukkan bahwa pelaku memang sudah merencanakan perbuatannya.
"Tapi hal itu tidak membuktikan dia adalah teroris atau pengikut ISIS," tambah Yusuf.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan