Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/07/2016, 11:01 WIB
EditorErvan Hardoko

TOKYO, KOMPAS.com - Rumah Tangga Kekaisaran Jepang membantah kabar yang menyebut Kaisar Akihito berencana untuk meninggalkan tahtanya, yang menjadi sebuah langkah tak lazim bagi kekaisaran berusia 2.600 tahun itu.

Kalangan elite Jepang menjadi gelisah setelah lembaga penyiaran publik NHK, mengutip sejumlah sumber, menyebut Akihito berencana menyerahkan tahtanya ke putra mahkota Naruhito.

Mundurnya Kaisar, jika benar terjadi merupakan yang pertama dalam 200 tahun, akan menjadi sebuah guncangan besar untuk negara yang menganggap keluarga kerajaan adalah sebuah simbol stabilitas dan keberlanjutan.

Para pengamat mengatakan, kantor berita Kyodo dan NHK, yang menayangkan berita serupa, pasti berhati-hati dalam mengabarkan berita menghebohkan seperti ini dan mendapatkan informasi dari sumber yang sangat dipercaya.

Namun, Badan Rumah Tangga Kekaisaran, lembaga yang mengatur tugas-tugas rutin kekaisaran, langsung memberikan bantahan terkait kabar tersebut.

"Kabar itu sama sekali tidak benar," ujar Wakil Kepala Rumah Tangga Kekaisaran, Shinichiro Yamamoto.

Sementara itu, PM Shinzo Abe menolak berkomentar karena menganggap masalah ini teramat sensitif. Hal yang sama juga dilakukan Yoshihide Suga, juru bicara pemerintah.

Di bawah konstitusi yang diterapkan Amerika Serikat setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, peran kaisar sebenarnya dibatasi hanya sebagai simbol negara dan tak memiliki kekuatan politik.

Namun, harian terbesar Jepang, Yomiuri Shimbun mengabarkan, pemerintah secara diam-diam tengah mengevaluasi kemungkinan kaisar bisa mengundurkan diri.

Sebenarnya pengunduran diri kaisar tidak diatur dalam konstitusi Jepang, yang nampaknya menjadi mekanisme untuk mencegah pergantian kaisar yang serampangan.

Ayah Akihito, Kaisar Hirohito, yang memimpin Jepang di masa Perang Dunia II, dianggap sebagian rakyatnya sebagai sosok dewa hingga kekalahan negeri itu dalam perang pada 1945.

Setelah perang berakhir, keluarga kerajaan, yang dianggap salah satu yang tertua di dunia, kehilangan status setengah dewa yang selama ini dinikmati.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com