Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamboja Sangkal Laporan Global Witness tentang Kerajaan Bisnis Hun Sen

Kompas.com - 09/07/2016, 08:19 WIB

PHNOM PENH, KOMPAS.com – Pemerintah Kamboja menyangkal tuduhan kelompok pegiat Global Witness bahwa Perdana Menteri Hun Sen dan keluarganya memiliki bisnis yang menggurita.

Tudingan bahwa Hun Sen dan kroninya meraup 200 juta dollar AS atau atau Rp 2,4 triliun laba dari 114 perusahaan swasta, termasuk penyerobotan tanah dan perusakan lingkungan.

Sebelumnya, elompok pegiat anti-korupsi Global Witness yang berbasis di London, Inggris, merilis laporan tentang perusahaan cangkang Hun Sen, keluarga, dan kroni mereka, seperti dirilis Kompas.com, Kamis (7/7/2016).

Laporan itu dilansir di tengah peningkatan ketegangan PM Hun Sen dengan oposisi.

Kelompok oposisi diperkirakan menantang perdana menteri itu dalam pemilihan umum daerah pada 2017 dan Pemilu 2018.

Lembaga pengawas itu menggambarkan "jaringan besar rahasia membangun kesepakatan, korupsi, dan kronisme, membantu menjadi benteng politik yang aman bagi perdana menteri".

Putri sulung Hun Sen, Hun Mana, adalah ratu media. Dia memiliki portofolio terbesar di dalam keluarga dengan keuntungan yang diperoleh dari 22 perusahaan.

Dari lebih dari 20 perusahaan tersebut, Hun Mana tercatat menjabat sebagai presiden atau direktur di 18 perusahaan.

Juru bicara pemerintah Phay Siphan menyangkal laporan grup anti-korupsi yang telah menyelidiki sejumlah isu tersebut, salah satunya kasus pembalakan liar di Kamboja selama puluhan tahun.

"Laporan itu tak memenuhi standar," kata Phay Siphan.

"Isinya hanya membuat dugaan. Laporan itu seperti bentuk propaganda pribadi yang menentang Hun Sen, perdana menteri terpilih," tambahnya.

Global Witness menyatakan, perusahaan keluarga Hun Sen terhubung dengan banyak merek global.

Bisnis keluarga itu fokus terhadap sektor energi, termasuk rantai penjualan bahan bakar minyak, pembangkit listrik, dan proyek energi terbarukan, terang kelompok anti-korupsi tersebut.

"Jaringan luas dalam kesepakatan tertutup, korupsi, dan aksi persekongkolan" telah menopang usaha orang nomor wahid di Kamboja yang telah memimpin negara itu lebih dari tiga dasawarsa, tambah Global Witness.

"Laporan ini mestinya jadi peringatan bagi para penanam modal asing," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com