Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Pemalsu Al Qaeda Bekas Napi Guantanamo Menghilang, Obama Dihujani Kritik

Kompas.com - 08/07/2016, 12:30 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Pemerintahan Presiden Amerika Barack Obama kembali menjadi "sasaran tembak".

Hal itu terjadi setelah tersiar kabar, Kamis (7/7/2016), tentang menghilangnya mantan narapidana di penjara militer Guantanamo dari wilayah Uruguay di mana dia ditahan.

Para anggota parlemen republiken menyuarakan kekhawatiran bahwa narapidana dan sejumlah orang yang dilepas dari tahanan militer tersebut akan mengancam keamanan AS. 

Diberitakan, Jihad Diyab, seorang warga Suriah berusia 44 tahun yang dipindahkan ke penjara militer di Uruguay pada tahun 2014 silam, bersama dengan lima napi lainnya.

Dia menghilang dari pantauan otoritas di negara Amerika selatan itu, dan diduga telah menyeberang ke wilayah Brasil, beberapa minggu yang lalu. 

Menghilangnya Diyab telah memunculkan perdebatan tentang ancaman keamanan di AS.

Pemerintahan Presiden Obama pun mendapat sorotan terkait program pemindahan tahanan dari Guantanamo. 

Kondisi ini pun memunculkan kekhawatiran menjelang pelaksanaan olimpiade di Rio de Janeiro, Agustus 2016 mendatang.

"Event itu menjadi target empuk terorisme," kata perwakilan legislator republiken Jeff Duncan dari Carolina Selatan, seperti dikutip kantor berita AFP.

Dia juga mengatakan, Diyab adalah ahli pemalsu bagi kelompok teroris Al Qaeda. Ditakutkan, dia pun akan mulai melakukan pemalsuan untuk para anggota teroris lain yang hendak menyusup ke AS. 

Lee Wolosky, utusan khusus pemerintah untuk penutupan Guantanamo, pun bersuara.

Kepada parlemen, dia mengaku lebih memilih agar para tahanan itu tetap berada di Uruguay, hingga proses penutupan penjara militer itu rampung dalam beberapa bulan ke depan. 

Sebelum Obama meletakkan jabatannya sebagai Presiden pada bulan Januari mendatang, Wolosky berharap pemindahan 29 tahanan yang tersisa di Guantanamo, dari jumlah awal 79, sudah bisa dirampungkan. 

Baca: Obama: Saya Tak Mau Presiden Berikutnya Terbebani Guantanamo

Sebanyak 50 tahanan di penjara itu telah dipindahkan ke banyak penjara lain di luar AS.

Hal itu dilakukan sebagai upaya pemerintahan Obama untuk mencari penjara penganti dan memenuhi janji untuk menutup Guantanamo sebelum akhir masa jabatannya. 

Berdasarkan data statistik dari Pemerintah AS, 13 persen dari jumlah tahanan yang dibebaskan dari Guantanamo, sejak Obama melakukan kebijakan pertamanya, kembali bergabung dengan kelompok ekstremis.

Atau, mereka diyakini melakukan hal serupa seperti yang mereka lakukan sebelum dipenjarakan. Jumlah ini menurun dari angka 35 persen di bawah kepemimpinan Presiden George W Bush.

Paul Lewis, selaku perwakilan Pentagon untuk program penutupan Guantanamo, menyebut ada 14 bekas tahanan di Guantanamo yang hilang dari pantauan, dan diduga bergabung dalam sejumlah aksi penyerangan di AS. 

Namun, baik Lewis maupun Wolosky memastikan bahwa pembebasan napi-napi tersebut terjadi sebelum masa pemerintahan Obama. 

"Berdasarkan data yang ada pada kami, tidak ada mantan napi yang dibebaskan sejak tahun 2009 yang terlibat dalam serangan di AS," tegas Wolosky.

Sementara itu, dari sebanyak 29 tahanan Guantanamo yang kini menunggu pemindahan, 20 di antaranya adalah warga Yaman.

Proses pemulangan terasa lebih sulit karena Pemerintah AS tidak berniat mengembalikan mereka ke penjara di negara asalnya, yang tengah dilanda konflik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com