Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selundupkan 700 Gading Gajah, Wanita China Diadili di Tanzania

Kompas.com - 20/06/2016, 06:00 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Yang Fenglan (66), pernah menyebut dirinya sebagai contoh terbaik persahabatan antara China dan Tanzania.

Namun, empat dekade setelah perempuan itu mengunjungi Tanzania, Fenglan terancam hukuman penjara 30 tahun karena menyelundupkan ratusan gading gajah.

Saat diajukan ke pengadilan, Fenglan terlihat seperti sosok perempuan tua yang rapuh. Media massa China menyebut Fenglan adalah kambing hitam untuk kepentingan politik pemerintah Tanzania.

Namun di Tanzania, di mana Fenglan dikenal dengan julukan "Ratu Gading", perempuan itu dituduh menjadi pemimpin sebuah jaringan penyelundup gading internasional.

Jaringan ini, menurut pemerintah Tanzania, bertanggung jawab atas penyelundupan gading gajah dengan nilai total 2,5 juta dolar AS dari negeri Afrika Timur itu ke berbagai negara, termasuk China.

"Yang Fenglan secara sengaja mengorganisasi, mengelola dan mendanai sebuah jaringan kriminal dengan cara mengumpulkan, mengangkut atau mengekspr serta menjual gading seberat 1.889 ton," demikian dokumen pengadilan seperti dikabarkan Reuters.

Yang Fenglan diajukan ke pengadilan pekan ini dengan tuduhuan telah menyelundupkan 706 buah gadinng gajah antara 2000-2004. Dan, Fenglan membantah semua tuduhan itu.

Sementara itu, sebuah organisasi yang berbasis di AS, Elephant Action League, menggambarkan Yang Fenglan sebagai perempuan "yang amat jahat".

"Ini adalah berita yang sudah kami nanti selama bertahun-tahun," kata pendiri organisasi ini, Andrea Crosta, saat Yang didakwa Oktober tahun lalu.

"Kita harus mengakhiri masa-masa mereka tak tersentuh (hukum) jika kita ingin menyelamatkan gajah," tambah Crosta.

Perempuan kelahiran Beijing itu adalah perempuan China pertama yang menjadi pakar bahasa Swahili saat pemerintah China mempromosikan bahasa itu sebelum pembangunan rel kereta api Zambia-Tanzania pada 1960-an.

Fenglan kemudian bekerja sebagai penerjemah dalam proyek itu antara 1970-1975. Dia kemudian "jatuh cinta" kepada Tanzania apalagi dia mendapatkan suami di masa-masa dia bertugas di sana.

Bahkan putri Fenglan dinamai Fei yang dalam karakter China berarti Afrika.

Setelah proyek kereta api usai, Fenglan kemudian diperintahkan pulang. Dia kembali lagi ke Tanzania pada 1990-an di saat warga China dengan kemampuan bahasa asing diberi kesempatan bekerja di luar negeri seiring dengan keinginan China merambah dunia global.

Pada 1998, Fenglan mendirikan perusahaan Beijing Great Wall Investment Ltd dan restoran di sebuah gedung di kawasan elite Dar es Salaam, Tanzania.

"Saya tak mengandalkan pendapatan dari restoran itu. Saya memandang restoran itu sebagai tempat di mana warga China dan Tanzania bisa berkomunikasi, mendapatkan teman dan berbagi informasi," kata Fenglan kepada harian China Daily pada 2014, saat menjabat sekjen Dewan Bisnis China-Afrika di Tanzania.

Berbagai kisah positif Yang Fenglan di Tanzania itulah yang membuat media di China tak memercayai tuduhan aparat keamanan Tanzania.

Harian Global Times menyebut, Yang Fenglan menjadi target polisi Tanzania setelah dia tak menyadari salah seorang karyawannya terlibat dalam perdagangan gading ilegal.

Sementara itu, sejumlah laporan di Afrika menyebut, Yang Fenglan merupakan penghubung antara para pemburu gelap Afrika dengan para pembeli di China selama lebih dari satu dekade.

Menurut sebuah survey yang dirilis tahun lalu, populasi gajah di Afrika Timur menyusut dari 110.000 ekor pada 2009 menjadi hanya sekitar 43.000 ekor pada 2014.

Para pakar sangat yakin sebagian besar gading ilegal itu dijual di China, di mana masih banyak yang memandang produk berbasis gading merupakan simbol status seseorang.

Beijing juga berupaya memberantas penjualan gading gajah selundupan ini dan memenjarakan para penyelundup serta menyita gading ilegal yang masuk ke negeri itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Telegraph
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com